Sudah pernah ke Umbul Ponggok Klaten? Umbul atau mata Air yang ada di Klaten, Jawa Tengah banyak menarik perhatian beberapa tahun belakangan, karena bantuan sosial media. Bagaimana tidak, setiap pengunjung yang berkunjung ke sana pasti berfoto di dalam airnya yang jernih, dan bahkan menggunakan properti-properti yang kadang tak masuk akal bisa sampai ke dasar umbul.
Klaten sendiri memiliki julukan sebagai “Negeri Seribu Oemboel” dengan banyak mata air terkenal lainnya, seperti Umbul Manten, Umbul Kapilaler, Umbul Sigedang, Umbul Cokro Tulung, dan beberapa Umbul lainnya. Kepopuleran lokasi wisata ini mengunhdang puluhan ribu turis setiap bulannya di Umbul Ponggok Klaten.
Saat libur panjang awal Mei 2016 lalu misalnya, umbul seluas 40 x 70 meter dengan kedalaman sekitar 1,5 – 2,5 meter dikunjungi 14 ribu wisatawan. Pada hari biasa, harga tiket Umbul Ponggok Rp 8.000 per orang. Sedangkan harga tiket pada hari libur Rp 10.000 per orang.
Maka tak heran, jika Umbul Ponggok mendapatkan pendapatan dengan jumlah yang fantastis sepanjang 2015. Umbul Ponggok mampu meraup pendapatan Rp 4 miliar sepanjang 2015 lalu. Angka ini terbilang cukup fantastis, apalagi mengingat dulu sebelum potensinya dikembangkan, tidak ada investor yang berminat untuk mengembangkannya, bahkan untuk harga penawaran sebesar 5 juta per tahun.
Sebelum tahun 2009, Umbul Ponggok hanya dianggap sebagai kolam renang dan juga tempat warga menggunakan air bersih untuk mandi atau mencuci. Umbul yang berada di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo Klaten, Jawa tengah ini cenderung kumuh yang hanya ramai saat padusan, sehari menjelang bulan puasa.
Namun, itu adalah cerita lama. Kini, Umbul Ponggok telah menjelma menjadi wisata andalan Klaten dengan pendatan hingga miliaran rupiah per tahunnya. Hal ini sangat berkebalikan dengan keadaan Umbul Ponggok dulu, yang pengelolaannya masih belum maksimal.
Dilansir dari tempo.co, Pada 2009, Tirta Mandiri, Badan Usaha Milik Desa Ponggok sempat menawarkan pengelolaan Umbul Ponggok kepada pihak ketiga. Dilelang Rp 5 juta per tahun, tak ada yang berminat dengan tawaran itu. “Saat itu kami sudah menyadari besarnya potensi Umbul Ponggok jika dikelola dengan serius,” kata Ketua BUMDes Tirta Mandiri, Untung Hari Margono Selasa, 10 Mei 2016.
Pembenahan mulai dilakukan pada 2011. BUMDes Tirta Mandiri memilih mengelola sendiri Umbul Ponggok, kolam yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Manajemen Tirta Mandiri kemudian berdiskusi dengan sejumlah pihak untuk mencari cara mengembangkan Umbul Ponggok.
Singkat cerita, BUMDes mengajak Sentral Selam Jogja pelaku industri wisata selam, agar mencoba Umbul Ponggok untuk latihan selam. Saat latihan di Umbul Ponggok, penyelam dari Sentral Selam Jogja mengambil sampel foto bawah air. Ternyata hasilnya bagus.
Kalau foto bawah air di laut itu jarak pandangnya terbatas. Sedangkan di sini jarak pandangnya lebih jauh dan airnya lebih jernih, kata Untung. Sejak itu BUMDes Tirta Mandiri mulai mempromosikan Umbul Ponggok menggunakan media pamflet dan spanduk. Namun upaya promosi konvensional itu hasilnya kurang menggembirakan, pengenalan Umbul Ponggok pun beralih ke media sosial.
Pengelola BUMDes Tirta Mandiri rajin mengunggah foto-foto bawah air Umbul Ponggok. Responnya luar biasa, kata Untung. Menurut Public Relation BUMDes Tirta Mandiri, Gatot Jiwandono, Umbul Ponggok kini selalu ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Di hari biasa, jumlah pengunjung berkisar 500 – 600 orang. Sedangkan pada hari libur, pengunjung bisa mencapai sekitar 2.000 3.000 orang.
Bagi wisatawan yang ingin snorkeling (selam dangkal) demi berfoto atau sekadar menyaksikan ribuan ikan warna-warni di hamparan pasir dan bebatuan, cukup merogoh kocek Rp 35.000 untuk menyewa snorkel set (kacamata dan selang pernapasan), pelampung, dan kaki katak.