Ini Titik Pawai Ogoh-ogoh di Semarang

Karnaval Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-ogoh di Semarang ini akan diselenggarakan pada tanggal 23 Maret 2018 mendatang.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Sambut Hari Raya Nyepi, Pemerintah Kota Semarang gelar Karnaval Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-ogoh, Jumat, 23 Maret 2018. Pawai ini bekerja sama dengan komunitas seni dan budaya setempat.

Kemeriahan Pawai Ogoh-ogoh di Kota Lama Semarang. Sumber foto

Kepala Dinas Pariwisata Kota Semarang, Masdiana Safitri mengatakan bahwa Pawai Ogoh-ogoh ini sekaligus menjadi strategi untuk menggaet wisatawan dan sarana untuk merajut kerukunan antar umat beragama.

“Jadi bukan sekadar perayaan Nyepi saja, tapi untuk acara antar budaya. Sudah rutin juga digelar,” ujarnya dilansir dari Tribunjateng.com.

Baca juga: Pawai Ogoh-ogoh Ramaikan Hari Raya Nyepi di Yogyakarta

Titik pawai Ogoh-ogoh Semarang

Nantinya pawai ini akan dimulai dari titik nol Kota Semarang yakni Johar menuju ke Jalan Pemuda dan berakhir di Balai Kota Semarang.

“Karnaval dimulai dari titik nol kota Semarang (Johar, Semarang Utara), yang akan di lepas oleh Wali Kota Semarang Bapak Hendrar Prihadi. Anggota pawai akan bergerak ke sepanjang jalan pemuda hingga berakhir di halaman Balai Kota Semarang,” papar Masdiana.

Nantinya ada tiga macam patung raksasa yang akan menjadi atraksi utama lalu diiringi berbagai pertunjukan seni budaya. Untuk penutupan acara, pawai akan disuguhkan pagelaran drama sendratari Rahwana Galau yang dibawakan sanggar tari Saraswati.

Baca juga: Alasan Gunung Bromo Ditutup Saat Hari Raya Nyepi 2018

Pawai ogoh-ogoh ini sendiri sudah menjadi kegiatan rutin di Semarang saat perayaan Nyepi. Untuk persiapannya sendiri Masdiana mengaku sudah sesuai agenda yang telah ditentukan.

“Siap, terutama untuk ogoh-ogoh, pembuatannya kita kerjasama dengan komunitas dan seniman di Kota Semarang,” tambahnya.

Makna pawai Ogoh-ogoh

Ogoh-ogoh sendiri merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Butha Kala yang merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (kala) yang tak terukur. Dalam perwujudan patung yang dimaksud digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan atau dalam wujud raksasa.

Menjelang hari raya Nyepi, patung ini akan diarak ramai-ramai keliling desa pada saat senja di hari Pangrupukan atau sehari sebelum Hari Nyepi. Proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU