Perjalanan 13 jam menggunakan KA ekonomi Sri Tanjung Solo – Banyuwangi, dengan petugas yang tiap 15 menit sekali lewat dengan mi rebus di nampannya yang sangat menggoda, ada pula petugas yang lalu lalang menarkan es kopi susu segar menggunakan gelas plastik warna-warni, jika saya tak kuat mental mungkin saya sudah menghabiskan banyak cadangan dana untuk cemilan-cemilan tak penting. Saya memilih tidur disepanjang perjalanan.
Saya memilih bertanya di couchsurfing.com untuk mencari local host yang dapat menampung saya dan teman seperjalanan.
Lewat couchsurfing, kami berkenalan dengan Mas Supri, warga lokal Banyumanik berambut gondrong dan menginap dirumahnya dengan harga hanya Rp 50.000,-/hari termasuk fasilitas jemput di stasiun.
Saat di Jogja, saya dan teman seperjalanan mendapat penginapan cukup bagus dan murah di daerah Jalan Parangtritis Jogja, Rp 150.000,- dengan fasilitas AC, air panas dan extrabed, serta favorit saya adalah, sarapan gratis.
Fasilitas sarapan dan kopi gratis cukup mengehemat bujet saya. Setidaknya saya tak perlu mengeluarkan uang Rp 20.000,- untuk sekadar mengisi perut. Lumayan, untuk belanja oleh-oleh.
Saat perjalanan Surabaya – Semarang, saya dan teman seperjalanan sangat beruntung mendapat tiket kereta kelas bisnis dengan harga justru jauh lebih murah daripada kereta kelas ekonomi.
Saat itu hari senin, KA ekonomi Surabaya – Semarang yang berangkat pukul 06.00 WIB memiliki harga tiket sebesar Rp 140.000,- sementara untuk kereta kelas bisnis rute yang sama berangkat pada pukul 09.00 WIB memiliki harga tiket sebesar Rp 70.000,-.
Menurut kawan saya karena jam-jam tersebut adalah jam sepi penumpang sehingga harga tiket lebih murah.
Salah satu trik andalan paling ampuh bagi saya. Jalan kaki tak memberi kerugian apapun.
Saya lebih mengenal tempat yang saya kunjungi, bertegur sapa dengan warga lokal yang sering bergerombol di gang-gang sempit, serta paling penting tak perlu membuang biaya sia-sia hanya untuk taksi – non argo.
Mi instan memang tak sehat, dan saya tak menyarankan hal ini.
Hanya saja, mi instan sangat efektif menghemat bujet saya untuk makan siang. Saya sering membawa beberapa cup mi instan dalam ransel untuk berjaga saat kelaparan di tengah perjalanan.
Suvenir khas seuatu tempat yang tak pernah kita kunjungi sebelumnya sering sangat menggoda.
Traveling tak harus belanja oleh-oleh mahal, pilih yang ringkas dan murah, namun tak ditemukan di tempat lain. Saat berada di Kawah Ijen, saya membeli kerajinan belerang yang dibuat penambang lokal seharga Rp 5000,-. Murah, dan tak terlalu makan tempat di ransel.
Saat berada di luar negeri, kartu pos dapat menjadi pilihan.
Solo traveling memang menarik, namun saat benar-benar tak ada biaya, mengajak orang yang satu destinasi untuk sharing cost adalah ide bagus.
Selain itu ada juga beberapa tempat yang jika dikunjungi oleh orang dalam jumlah banyak lebih murah daripada sendirian atau berdua, seperti sewa mobil menjelajah Taman Nasional Baluran dengna jalur offroadnya yang super licin saat musim hujan, atau sewa kapal untuk menuju Pulau Komodo.
Saya selalu menyimpang uang secukupnya dalam tas pinggang saya, sementara uang cadangan selalu saya simpan di ransel bagian paling bawah.
Cukup efektif menahan hasrat mengeluarkan uang karena posisi menyimpan uang yang sulit dalam ransel. Jika ingin mengambil uang, mau tidak mau saya harus membongkar ransel.