Jika desa pada umumnya selalu diramaikan oleh penduduk, namun sebuah desa di Shikoku, Prefektur Tokushima, Jepang ini malah dihuni boneka. Bukan hanya puluhan, desa Nagoro, Shikoku didiami ratusan boneka. Terlihat menggemaskan, tapi jika melihat potret berikut ini Anda akan merasa seram.
Boneka-boneka yang tinggal di Desa Nagoro ini “hidup” selayaknya manusia. Mereka terdiri dari anak-anak, remaja, hingga orang tua. Boneka-boneka ini ada di berbagai sudut desa seperti sebuah desa nyata.
Selayaknya sebuah desa, para boneka ini pun memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Ada yang bekerja sebagai petani, tukang kayu, hingga bahkan pedagang. Lucunya, boneka-boneka ini juga memenuhi kelas dan bersekolah.
Banyak orang merasa penasaran mengapa desa ini bisa dihuni oleh para boneka. Ternyata setelah kami telusuri dari berbagai sumber, desa yang dipenuhi boneka ini dibentuk oleh seseorang bernama Tsukimi Ayano.
Tsukimi Ayano membuat boneka-boneka menyerupai manusia untuk mengisi kekosongan desanya yang ditinggal oleh penduduk desa karena memilih untuk pindah ke kota untuk membuat penghidupan yang lebih baik.
Awalnya, Tsukimi Ayano juga ikut merantau. Tapi ia memilih kembali ke Desa Nagoro untuk menghabiskan masa tuanya. Lama tinggal di desa, ternyata jarang ada penduduk yang kembali ke kampung halaman. Warga yang masih tersisa di desa pun perlahan meninggal karena faktor usia yang sudah tua. Ia merasa kesepian, hingga akhirnya ia mengisi desa dengan boneka.
Saat ini ada sekitar 350 boneka berukuran sedang di desa. Semuanya ia buat sendiri dengan tangannya selama 10 tahun. Uniknya, masing-masing boneka yang ia buat mewakili warga desa yang pernah tinggal di sana.
Boneka pertama yang Tsukimi buat adalah boneka ayahnya, kemudian ia memiliki ide untuk membuat boneka anggota keluarganya. Lalu disusul dengan pembuatan boneka anggota keluarga yang lain hingga 10 tahun kemudian pekerjaannya terus berlanjut.
Ia bahkan membuat boneka anak-anak yang sedang belajar di kelas, boneka yang sedang memancing di pinggir sungai, boneka sepasang kakek nenek di ladang, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kini desa ini banyak dikunjungi oleh wisatawan karena keunikannya. Meskipun begitu, desa ini masih terasa seram karena hingga kini penduduk desa memilih untuk tinggal di perkotaan.