Sensasi Menonton Pacu Jawi, Balapan Sapi Khas Minangkabau

Pacu Jawi, perlombaan sapi yang sarat makna filosofi kehidupan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Bayu Haryanto

Sumatra Barat dikenal memiliki kekayaan alam dan budaya yang unik. Beragam tradisi tumbuh dan berkembang di sini, tapi ada satu tradisi unik yang menarik untuk disaksikan yakni atraksi Pacu Jawi.

Pacu Jawi, balapan sapi yang sarat nilai kehidupan. Foto oleh Bayu Haryanto

Pacu Jawi menjadi tradisi balapan sapi unik di Sumatra Barat yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Awalnya, Pacu Jawi merupakan permainan anak nagari berupa balapan sapi yang diadakan selepas panen padi.

Seiring berjalannya waktu, Pacu Jawi tumbuh dan berkembang menjadi atraksi yang unik dalam kehidupan masyarakat Sumatra Barat. Kabarnya, atraksi ini telah ada sebelum zaman penjajahan dan masih di era kerajaan Pagaruyuang. Namun, belum ada catatan sejarah yang mengulas secara lebih detail mengenai hal ini.

Sekilas, atraksi Pacu Jawi ini mirip dengan Karapan Sapi di Madura, tapi nyatanya sangat berbeda

Bedanya, lomba ini bukan cari hadiah, namun menemukan sapi terbaik hingga nanti bisa dijual dengan harga tinggi. Foto oleh Bayu Haryanto

Di Minangkabau, atraksi Pacu Jawi ini hanya berlangsung di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Limapuluhkota. Sekilas atraksi ini mirip dengan Karapan Sapi di Madura, tapi nyatanya sangat berbeda. Hal itu terlihat dari cara pelaksanannya dan lokasinya.

Pacu Jawi diselenggarakan di hamparan sawah yang berteras-teras dan arena pacu yang berupa petak sawah berlumpur dan berair. Posisi penonton berdiri di petak sawah yang lebih tinggi dari arena pacu. Perbedaan lainnya, Pacu Jawi tidak diperlombakan untuk mendapatkan hadiah. Sedangkan Karapan Sapi dilaksanakan di lapangan yang kering dan dilombakan dengan pasangan lawan untuk menentukan pemenang dan mendapatkan hadiah.

Serunya nonton atrakasi Pacu Jawi yang tak bisa diungkapkan dengan kata

Penonton Pacu Jawi didominasi oleh pria dewasa. Foto oleh Bayu Haryanto

Suatu hari saya tiba di lokasi sedikit telat, tapi masih bisa menyaksikan atraksi Pacu Jawi ini. seluruh arena pertunjukannya sudah dipenuhi oleh masyarakat. Penontonnya berbaris rapi. Suasana yang tercipta terkesan seperti bukan di zaman modern ini. Mengapa? Para penonton yang didominasi oleh orang dewasa ini mengugunakan topi-topi yang kesannya jadul, serta raut mukanya yang nampak kedaerahannya ini seakan membawa saya ke dalam masa penjajahan tempo dulunya.

Ada hal menarik yang saya lihat, ketika sampai, alunan saluang nan indah menggema ke segala penjuru, suara khas alat kesenian talempong silih berganti terdengar. Begitu juga suara gendang yang dipukul turut menyemarakan atraksi Pacu Jawi. Ditambah panorama alam yang hijau berpagar perbukitan dan terlihat Gunung Marapi yang menjulang mejadi harmonisasi yang indah antara alam dan kehidupan manusia.

Sebelum melihat atraksi Pacu Jawi, saya melihat terlebih dahulu penampilan kesenian Minangkabau berupa tari piring yang dibawakan oleh anak-anak nagari. Kerennya, terdapat anak kecil yang sudah lincah menari-nari.

Terdapat sensasi yang tidak bisa diungkapkan ketika menyaksikan Pacu Jawi ini. Saya berdiri diposisi finish yang merupakan posisi untuk para fotografer. Dari sini bisa melihat dengan mudahnya para sapi yang berlari-lari ke arah saya. Cipratan lumpur menggumpal dan bertebarangan ke segala arah menjadi atraksi yang menarik. Begitu juga teriakan si joki dan tawa pengunjung yang turut memeriahkan pelaksanaan tradisi ini.

Nantinya akan ada dua ekor sapi yang dipasangkan bingkai bajak sawah, kemudian dipacu oleh seorang joki dengan berpijak di kedua ujung bingkai bajaknya. Untuk memulai aksinya, si joki akan mengigit ekor sapi dengan sekuat tenaga, dengan harapan agar kedua sapinya akan berlari kencang. Setelah itu sang joki akan memegang ekornya untuk menuntun jalannya laju kedua sapinya hingga mencapai titik finish yang telah ditentukan.

Beberapa sapi ada yang berlari lurus hingga selesai, ada pula yang baru mulai sudah belok dan keluar jalur. Sesekali ada sapi peserta Pacu Jawi yang menuju ke arah saya. Inilah sensasinya, kurang sigap sedikit, maka akan diseruduk atau setidaknya terkena lumpur. Untuk mengatasi hal tersebut lintasan pacu biasanya lebih rendah posisinya dari para penonton dan dipagar sebagai bentuk proteksi mengurangi risiko kecelakaan pada pengunjung.

Pacu Jawi sarat akan filosofis kehidupan

Arena perlombaan Pacu Jawi. Foto oleh Bayu Haryanto

Ternyata atraksi Pacu Jawi ini sarat akan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tiap rangkaian penampilannya. Pacu Jawi dilaksanakan sebagai permainan anak nagari yang dalam perjalanannya berkembang menjadi olahraga. Hal ini sebagai bentuk aktualisasi nilai-nilai warisan budaya yang telah hadir di tengah-tengah masyakarkat.

Permainan ini juga sebagai wujud rasa syukur, semangat, dan kegembiraan masyarakat usai panen padi serta untuk mengisi waktu luang menjelang masa penanaman padi berikutnya. Pacu Jawi tidak diperlombakan sebagai pertandiangan dengan adanya pasangan lawannya, tapi hanya dibiarkan saja lepas melaju lurus hingga sampai finish. Hal ini agar menghindari unsur perjudian dengan adanya taruhan antar pemilik sapi.

Makna lurus tersebut diasosiasikan dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari agar selalu pada jalan yang lurus. Artinya berada pada ketentuan Tuhan. Atraksi Pacu Jawi ini juga sebagai isyarat pemimpin dan rakyat yang digambarkan harus saling berjalan bersama. Oleh karena itu sapi yang dipakai untuk Pacu Jawi ada 2 ekor.

Tidak jarang selama kegiatan atraksi Pacu Jawi menjadi ajang unjuk gigi kelihaian para joki dan kekuatan sapi. Bila sapi yang terbaik, biasanya secara otomatis akan menaikan harga jualnya sehingga dapat berdampak untuk meningkatkan perekonomian pemilik sapi.

Berburu foto atraksi Pacu Jawi jadi hal yang dinantikan para pencinta fotografi

Pacu Jawi tidak akan lengkap bila hanya menontonnya saja tanpa diabadikan. Para penikmat fotografi akan antusias ketika melihat atraksi Pacu Jawi ini. Betapa tidak, mereka dituntut untuk bisa memotret tiap rangkaian Pacu Jawi ini sehingga menghasilkan karya yang mengesankan.

Perlu diketahui juga foto atraksi Pacu Jawi ini telah mengantarkan para fotografer keren belahan dunia untuk meraih prestasi dalam berbagai kompetisi foto, baik tingkat nasional maupun internasional.

Pacu Jawi menjadi event parwisata yang menjadi daya tarik masyarakat mendunia

Turis asing pun menikmati kemeriahan Pacu Jawi. Foto oleh Bayu Haryanto

Tidak semua daerah di Kabupaten Tanah Datar menyelenggarakan atraksi Pacu Jawi ini, hanya terdapat pada empat kecamatan yang meliputi Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Lima Kaum dan Kecamatan Sungai Tarab.

Dulu, biasanya 3 kali dalam setahun. Namun, karena telah menjadi event pariwisata yang mendua, aktraksi Pacu Jawi terus diadakan setiap akhir pekan sebanyak empat kali berturut-turut dalam sebulan. Pelaksanaannya selalu ada sepanjang tahun dengan lokasi yang berbeda-beda di empat kecamatan tersebut.

Atraksi dilakukan mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Namun, waktu yang tepat untuk menyaksikannya usai salat Zuhur. Jadi, tidak perlu khawatir takut ketinggalan menyaksikan atraksi Pacu Jawi ini.

***

Atraksi Pacu Jawi bukan sekadar tradisi yang rutin digelar oleh masyarakat, tapi menjadi telah pesta rakyat yang ditunggu-tunggu. Bertandanglah ke Sumatra Barat, jangan lupa agendakan untuk menyaksiakan atraksi Pacu Jawi, the spirit of Minangkabau.

Baca juga artikel menarik lainnya;

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU