Berkunjung ke Kota Semarang, Anda akan menemui banyak sekali penjual lunpia. Ini merupakan kuliner khas Semarang yang paling wajib dicicipi wisatawan ketika traveling di Semarang. Phinemo pun mencoba untuk menelisik dari mana awal mula dan sejarah Lumpia Semarang bisa seperti sekarang ini. Datanglah kami ke Lunpia Gang Lombok yang jadi salah satu pelopor lunpia Kota Semarang yang rasanya paling mantap.
Kedai Lunpia Gang Lombok ini lokasinya berada di dekat Klenteng Tay Kak Sie yang terkenal dengan kisah Cheng Ho nya. Sejarah Lunpia Gang Lombok ternyata cukup panjang, kini kedainya telah berumur ratusan tahun dan telah dikelola oleh generasi keempat.
“Lunpia ini gak tahu udah berapa tahun, yang jelas saya generasi keempat. Saya diwarisi bapa, saat bapa sudah berumur 50-an juga. Kalau dihitung dari keluarga pertama sudah satu abad lebih,” ujar Purnomo Usodo, generasi ke empat yang biasa dipanggil Pak Untung kepda Phinemo saat mengunjungi kedainya yang dipenuhi pembeli pada Minggu (14/10/2018)
Pada pertemuan itu, Pak Untung menceritakan sedikit sejarah Lunpia Gang Lombok kepada Phinemo. Ia mengaku kemunculan Lunpia Gang Lombok berawal dari pertemuan kakek buyutnya bernama Tjoa Thay Joe asal Thionghoa yang tinggal di Indonesia dan Warsih, wanita Jawa yang akhirnya dipinang kakek buyutnya.
Awalnya keduanya adalah pedagang kuliner. Tjoa Thay Joe menjual panganan berbahan rebung dan daging babi sedangkan Warsih berjualan kuliner berbahan kentang dan udang. Namun akhirnya mereka bekerjasama menciptakan kuliner kebaruan berisi udang dan rebung yang dibungkus dengan adonan tepung. Daging babi ditiadakan karena pada masa itu tak semua orang makan daging ini.
Ternyata, kuliner ini dicintai oleh para masyarakat sekitar. Hingga kinipun, lunpia Gang Lombok tetap jadi pilihan wisatawan karena rasanya berbeda dari lunpia lain.
Meskipun zaman telah maju, Pak Untung mengaku masih membuat lunpia dengan cara manual dan tradisional. Hal ini dilakukan untuk menjaga keasliannya. Pun resep dan langkah-langkah pembuatannya masih tetap digaja sehingga rasa lunpia tak pernah berubah sedikitpun sejak kakek buyutnya. Termasuk cara mencuci rebungnya.
“Dari mulai buyut saya dulu racikannya tetap terjaga, jangan sampai ada yang terlewat, jangan sampai amis. Jadi bisa buat semua orang, gak perlu takut amis,” ujar Purnomo.
Pak Untung mengaku untuk membuat rebung tidak amis, ia harus mencuci rebung dengan sangat bersih. Terbukti, kegigihannya membuat kuliner ini dapat penghargaan dari Pemerintah Kota Semarang, Universitas Diponegoro, hingga situs Trip Advisor, juga Idea Life.
Jika dulu hanya ada isian udang, kini Anda bisa memesan isian lunpia lainnya, yakni lunpia ayam. Biasanya disajikan dengan dua cara, yakni digoreng dan tidak digoreng. Ukurannya yang besar membuat siapapun yang makan lunpia ini pasti akan ketagihan.
Lokasi: Jalan Gang Lombok No. 11, Purwodinatan, Semarang Tengah, Purwodinatan, Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah 50137.
Harga: Rp15.000 per porsi.