Foto oleh Yuliani
Musim hujan lalu, saya dan kawan-kawan organisasi Matrapala, sebuah organisasi pecinta alam fakultas ilmu budaya di salah satu kampus negeri di Semarang, melakukan pendakian bersama setelah beberapa waktu belakangan sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Kami memutuskan mendaki gunung Merbabu waktu itu. Sabtu itu cerah dan pagi-pagi kami memulai perjalanan,
Bercengkrama dan canda tawa membuat lelah perjalanan tak dirasa, tak dikeluhkan.
Menjelang sore, kami sudah sampai di pos 2 (tempat camp sebelum helipad). Kami mendirikan tenda, cuaca mulai mendung.
Bergegas kami mengambil air dan masak, tak lama kemudian badai datang. Hujan turun sangat deras, tenda tetangga ada yang terbawa angin karena pasaknya tidak menancap kuat.
Sebagian kami membantu, hujan terus turun dengan derasnya sejak pukul 16.00 sampai malam. Tidak ada semburat oranye matahari terbenam yang sering diceritakan para pendaki itu. Akhirnya, kami di tenda hanya saling berbagi cerita dan canda tawa, berbagi kehangatan sampai pagi. Kami tidur setelah subuh setelah semalaman quality time.
Ini pertama kalinya saya gagal ke puncak gunung, dan saya tak menyesal samasekali. Kebersamaan lebih dari segalanya.
“It’s not about what we chase guys, but the feeling that we gave” kata ketua rombongan kami.
