Memilih Resort Sebagai Tempat Liburan, Tren Wisatawan Kekinian

Tak sekadar tempat menginap, resort telah jadi salah satu pilihan destinasi liburan bagi wisatawan era kekinian. Ini ulasan lengkap kami.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Living room di salah satu villa Hills Joglo Villa. Foto oleh Echi / Phinemo.com

“Pernah ada mahasiswa yang mau pesan 1 villa untuk 40 orang. Saya kaget dong. Villa terbesar kami maksimal hanya bisa menampung 12 orang,” cerita Nunki, CEO Hills Joglo Villa, Ungaran, Jawa Tengah.

Obrolan Nunki dengan Phinemo di atas jadi secuil contoh, bahwa masih ada saja yang tak paham mengenai konsep resort.

Baca ulasan perbedaan hotel dan resort dengan klik di sini.

Resort adalah tempat yang menyediakan ruang privasi dan aneka fasilitas relaksasi bagi tamunya. Biasanya menawarkan view alam yang indah. Demikian yang tertulis di Wikipedia.

Nungki membenarkan bahwa resort memang harus menjadikan privasi tamu sebagai salah satu penawaran utama. Selain itu dirinya menjelaskan, resorts tak sekadar jadi tempat untuk tidur. 

“Saat itu, mahasiswa yang memesan villa di tempat kami tetap ngotot, katanya tak masalah tidur lesehan atau apapun. Ya boleh saja sebetulnya, tapi saya harus berikan hitam di atas putih, perjanjian tak akan protes kalau fasilitas tidak maksimal.”

Dalam obrolannya bersama Phinemo, Nunki beberapa kali menekankan bahwa kenyamanan tamu di atas segalanya.

“Memang ada beberapa jenis resort, tapi di resort heritage seperti kami, tak bisa kami memenuhi pesanan seperti mahasiswa waktu itu. Lagipula, selain tak bisa melayani dengan maksimal, kami juga takut villa kami mengalami kerusakan jika over capacity.”

Di Hills Joglo Villa yang ia dan timnya kelola, terdapat total 9 villa. Panorama indah dan udara yang segar karena lokasinya di kawasan pedesaan, jadi salah satu hal yang mereka coba jual.

“Selain pemandangan indah, di sini kami coba tawarkan pada para tamu, utamanya wisatawan mancanegara, untuk merasakan kearifan lokal seperti meracik jamu, atau bahkan membajak sawah. Kami punya sawah sendiri di belakang untuk itu.”

Kangkung balacan, salah satu menu yang ditawarkan di restoran Hills Joglo VIlla. Foto oleh Echi / Phinemo.com

TripAdvisor, website yang berisi ulasan hotel, resort dan atraksi wisata seluruh dunia, melalui TripBarometer, pernah mengadakan survei pada 44.000 wisatawan di berbagai negara pada tahun lalu. Salah satu hasilnya adalah, secara global, 47% wisatawan menyatakan bahwa mereka mengunjungi destinasi karena keunikan budaya dari tempat tersebut. Dan juga, 1 dari 5 wisatawan (21%) memilih destinasi karena hotel atau resort memberikan penawaran atau paket khusus.

Bisa dibilang, wisatawan era kekinian tak sekadar memilih destinasi maupun tempat menginap dari sekadar indah tidaknya tempat tersebut. Apalagi sekadar murah. Bahkan masih dari survei yang sama, wisatawan di seluruh dunia bersedia mengeluarkan biaya lebih banyak dibandingkan biaya yang mereka keluarkan sebelumnya. Disebutkan bahwa 31% responden menyatakan bahwa mereka akan mengeluarkan biaya lebih banyak untuk wisata karena mereka sadar bahwa itu penting untuk kesehatan dan kesejahteraan.

“Sekarang orang melihat resort tak cuma untuk tempat tidur, tapi memang sudah jadi salah satu destinasi. Bahkan di tempat kami rutin ada kunjungan dari penumpang kapal pesiar mewah yang merapat di Tanjung Emas Semarang. Mereka cuma 1-2 jam saja di sini, untuk kemudian lanjut ke tempat wisata di Jogja,” pungkas Nunki.

Memilih resort sebagai tempat liburan

Suasana pagi di MesaStila Resort & Spa. Dokumentasi resmi MesaStila

Jenuh dengan rutinitas dan melepas penat jadi alasan utama banyak orang -terutama para pekerja, untuk liburan. Dan nyatanya, beberapa penelitian membuktikan bahwa orang yang rutin liburan pada akhir pekan atau mengambil cuti sejenak, memiliki produktivitas lebih tinggi dibanding pekerja lain yang hanya memilih tidur di akhir pekan.

Baca ulasan lengkap mengenai manfaat nyata traveling berdasar penelitian dengan klik di sini.

Hal di atas nampaknya juga dilihat para pelaku industri resort.

Sugeng Sugiantoro, General Manager MesaStila Resort & Spa, Magelang, menjelaskan bahwa resortnya menawarkan paket lengkap untuk relaksasi dan rekreasi tamu.

“Kearifan lokal jadi salah satu favorit tamu-tamu kami. Kami menawarkan aktivitas pencak silat, membuat janur, belajar gamelan, mencicip jamu lokal, hingga melihat proses panen dan pengolahan biji kopi di tengah kebun kopi milik kami.”

Sugeng menjelaskan, mengenalkan dan mempromosikan resortnya sejak awal berdiri pada tahun 2004 merupakan tantangan tersendiri.

“Lokasi kami kan jauh dari mana-mana. Jauh dari bandara, stasiun, hingga tempat wisata. Berjalannya waktu, kami menemukan bahwa justru itu yang dicari wisatawan. Mereka ingin tempat tenang, jauh dari hiruk pikuk kota, dan menawarkan aktivitas rekreasi,” ungkap Sugeng.

MesaStila Resort & Spa memiliki fasilitas Hammam Spa, spa ala Turki satu-satunya di Indonesia. Itu yang Sugeng sebutkan sebagai salah satu ‘senjata’ utama tempatnya.

“Hammam Spa merupakan salah satu fasilitas utama kami. Selain itu, resort kami berada di tengah kebun kopi yang sangat luas. Ini kan unik di Indonesia,” jelas Sugeng.

Jika Kamu berpikir bahwa hanya wisatawan mancanegara saja yang tertarik dengan hal tersebut, Kamu salah. Realitanya, mayoritas tamu di MesaStila Resort & Spa justru orang lokal.

Coffee Plantation Tour. Dokumentasi resmi MesaStila Resort & Spa

“Dulu memang mayoritas tamu dari mancanegara. Tapi sekarang 55% dari Indonesia, 45%-nya dari mancanegara. Tak harus menginap, orang juga bisa hanya makan di restoran kami, atau mencoba ‘Coffee Plantation Tour’, tur keliling kebun kopi selama 1 jam, nanti bisa melihat dan mencicip kopi juga di tengah kebun,” Sugeng menjelaskan.

Senada dengan Sugeng, Pina Budiarti, Ass. Manager Marketing Susan Spa & Resort, Kabupaten Semarang, mengamini bahwa kini orang-orang memandang resort tak sekadar sebagai tempat menginap. 

“Tiap Sabtu, Minggu dan hari libur, air kolam kami hangatkan. Selain itu, jacuzzi dan sauna cewek sama cowok kita pisahkan. Ditambah kami juga memiliki Sky Garden. Susan Spa & Resort ingin jadi pusat rekreasi keluarga, panorama dan kuliner. Orang-orang tak harus menginap di resort kami, tapi bisa menikmati aktivitas-aktivitas lain.”

La Kana Chapel di Susan Spa & Resort. Foto oleh Echi / Phinemo.com

Pina berpendapat, panorama cantik itu hanya syarat dasar sebuah tempat menyandang nama ‘resort’.

“Pemandangan cantik itu pasti. Orang yang menginap di resort pasti berekspektasi saat membuka jendela kamar setelah bangun tidur, yang dilihatnya adalah alam yang indah.”

Bangunan Susan Spa & Resort mengusung konsep luxury minimalis dengan suasana yang homey. Dan juga, disebut Pina dibangun di lokasi yang nyaris sempurna karena dapat menyaksikan 9 gunung sekaligus, juga pengunjung bisa menyaksikan momen sunrise dan sunset dengan sama bagusnya.

“Jika ingin yang praktis, bisa pilih hotel. Tapi kalau ingin istirahat dan mendapat pengalaman liburan, resort kini bisa dan telah siap jadi pilihan destinasi,” pungkas Pina.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU