Pada era yang semakin maju dengan segala tren pakaian yang super variatif, pendaki kini memiliki banyak kostum untuk dikenakan. Apalagi setelah kemunculan film Romeo Rinjani, para pendaki utamanya pendaki wanita berusia abg, lebih berani tampil modis di gunung.
Wanita-wanita dengan genre yang bisa dibilang termasuk pendaki-pendaki dengan aliran gemes inipun banyak mengenakan pakaian super trendy mereka, lalu dipadu padankan dengan koleksi-koleksi sepatu kekinian mereka.
Banyak sekali pro kontra atas fenomena kemunculan pendaki-pendaki yang diprakarsai oleh sebuah film pendakian yang di bintangi oleh Alexa Key ini. Banyak komentar miring dan lurus yang bermunculan yang akan membuat kita sadar apa positif dan negatif kostum yang digunakan oleh pendaki gemes.
Sebagain orang yang saya ajak untuk membahas fenomena pendaki gemes mengaku sangat ‘gemes’ dengan apa yang sedang mereka kenakan saat mendaki.
“Saya nggak habis pikir, mereka itu mau ke mall apa gimana sih? saya ‘gemes’ sama tingkah mereka ini,”
Kira-kira seperti itulah ukuran kebencian orang-orang yang kontra dengan pedaki jenis ini. Sebenarnya masih ada sih komentar yang lebih real dari beberapa orang yang menyempatkan diri bercerita dengan saya, tapi masih dalam koridor ‘negatif’.
“Mereka kurang aturan banget nggak sih? mereka itu lebih mementingkan selfie bukan safety.. mendaki hanya untuk liburan, bukan spiritual untuk mengenal diri sendiri”
“Coba deh dipikir, mereka apa nggak mikir kakinya bakal tergores sama duri-duri kecil? belom lagi ada hewan-hewan nakal kayak nyamuk atau semut yang sering banget sliweran, huff”
“Satu lagi, mereka sangat mengundang syahwat! ati-ati aja kalo ada yang tergoda terus berbuat jahat sama dia”
“Ada juga pendaki yang sengaja pake wedges pas naik! itu lebih norak lagi! mending mereka ke mall aja.. huss huss”
Yap, komentar-komentar ini memang sangat negatif, tapi benar juga sih. Yang dikhawatirkan para komentator ini bisa jadi referensi bagi para pendaki yang sedang menekuni dunia ‘kegemesan’.
Saya rasa juga demikian, yang terpenting memang menjaga dan mencoba meminimalisir luka akibat tergores ranting, duri kecil, dan rumput nakal serta serangan hewan atau serangga seperti nyamuk, semut, dan ulat bulu. Normalnya, mengenakan celana panjanglah jalan paling aman untuk membuat perlindungan kaki-kaki para petualang gemes ini.
Meskipun ini adalah sebuah tren, harusnya para pendaki ini juga harusnya memikirkan positif dan negatifnya mendaki dengan menggunakan celana hot pants saat mendaki gunung.
Baca juga: Ini yang Harus Kamu Lakukan Jika Seluruh Gunung di Indonesia Ditutup Untuk Aktivitas Pendakian
Selain komentar-komentar negatif, pendaki gemes hot pants ini juga punya sisi positif dari beberapa orang yang saya temui. Orang-orang yang menganggap negatif dengan pendaki hot pants pasti akan tercengang jika membaca komentar-komentar ini. Bisa di bilang, saya juga merasa sedikit setuju dengan komentar-komentar para grup pro.
“Mereka menurutku lucu sih!”
“Jangan selalu melihat sesuatu dari hal negatifnya saja, coba Kamu pikir positifnya. Aku merasa mereka ini orang-orang dengan anugerah rasa percaya diri yang tinggi, mereka berani berfoto-foto dengan pakaian yang indah yang mereka kenakan tanpa malu,”
Ada benarnya juga komentar ini, tapi menurut saya rasa percaya diri para pendaki ini sudah melampaui batas. Bisa dibilang, urat percaya diri mereka terlalu tinggi. *saya tak setuju dengan komentar yang satu ini.
“Mereka juga menyebarkan foto-foto mereka ke Instagram dan akun-akun di media sosial mereka. Justru mereka inilah orang-orang yang bisa ngenalin Indonesia secara gamblang!”
Ini komentar yang benar-benar positif menurut saya, tapi sebagai golongan yang ‘kontra’ dengan pendaki gemes, saya rasa mengenalkan keindahan Indonesia dengan cara seperti ini. Masyarakat Indonesia memiliki banyak baju adat yang lebih perlu di ekspos ke media sosial. Menurut Kamu gimana?
“Iya sih, pakaian mereka bahaya sama keselamatan mereka. Tapi, dengan celana gemes mereka. Mereka justru terlihat nyaman melangkah, nggak ribet, dan aku rasa itu justru kelebihan celana mereka..”
Menurut saya sih komentar yang satu ini lumayan realistis, selama pendakian saya memang banyak menggunakan celana panjang. Memang agak ribet.
***
Menurut saya, keberadaan pendaki gemes yang pernah dan sedang mengguncang dunia pendakian Indonesia memanglah perlu belajar dengan komentar pro dan kontra ini. Meskipun budaya mendaki di luar negeri memang menggunakan kostum sedemikian rupa, namun para pendaki yang sedang merencanakan mendaki dengan celana gemesnya bisa belajar beberapa hal dari obrolan komentar pro dan kontra ini.
Meskipun gaya mendaki dengan celana pendek sedang tren, seharusnya Kamu yang mau memutuskan untuk menggunakan celana pendek sebagai kostum mendaki haruslah menerima risiko terkena duri, ulat bulu, serangga, atau ranting di kakimu. Jika tidak ingin terjadi sesuatu dengan kakimu lebih baik Kamu para pendaki gemes memilih celana penjang demi keselamatan kakimu.
Baca juga: Pendaki Gunung Memang Pantas Jadi Idola, Filosofi Mereka Bisa Mengubah Caramu Memandang Hidup