Potret Muram Atraksi Binatang di Bali, 'Disiksa' Demi Kesenangan Manusia

Potret muram atraksi binatang di Bali, hanya 15 persen tempat yang memiliki satu atau lebih dokter hewan di lokasi secara permanen, 46 persen bergantung pada penjaga hewan untuk mengelola perawatan hewan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Pariwisata Bali tengah menjadi sorotan media asing. Bukan karena keindahan atau gaya hidup para turis di sana, namun tentang kisah muram di balik atraksi hewan-hewan yang menggemaskan. Bahkan, media asal Inggris, The Telegraph menuliskan artikel dengan judul yang terdengar menyedihkan.

“Is Bali the world’s worst destination for animal cruelty?” tulis The Telegraph pada 22 Mei.

Kisah suram dunia atraksi binatang di Bali telah diungkapkan oleh para penyelidik rahasia dari World Animal Protection Australia kepada publik. World Animal Protection sendiri merupakan sebuah organisasi non-profit yang perduli terhadap kelangsungan hewan-hewan di dunia.

Baca juga: Di Bali, Lumba-lumba hidung tutup botol dicopot giginya supaya tak menggigit wisatawan

Melansir dari berbagai sumber, dalam penyeledikan tersebut, tim rahasia World Animal Protection Australia berhasil menemukan fakta bahwa 100% tempat wisata “berkedok” penangkaran hewan seperti gajah, harimau, orangutan, dan lumba-lumba tidak memenuhi syarat utama kebutuhan dasar penangkaran binatang.

Ben Pearson, manajer kampanye senior untuk Perlindungan Hewan Dunia, mengatakan,

“Kami memilih Bali (untuk penyelidikan) sebab di mana sebagian besar orang Australia pergi berlibur dan kami terkejut melihat betapa buruk kondisinya.”

World Animal Protection Australia mengungkapkan fakta yang membuat banyak orang bergidik. CEO World Animal Protection, Steve McIvor mengatakan  di sana banyak hewan liar yang ditawan dan ditahan dengan kondisi mengerikan untuk menghibur para turis.

Dengan berfoto selfie sambil memeluk hewan atau pun menungganginya, Anda telah melakukan tindakan yang kejam. Tak perduli berapapun jumlah ‘likes’ di media sosial yang Anda dapatkan, yang Anda lakukan itu kejam” tambah Steve McIvor

Menunggangi gajah atau pun hewan-hewan lainnya pun menjadi salah satu contoh potret muram atraksi binatang di Bali. Foto / thetelegraph.co.uk

Dalam melakukan penyelidikan ini, tim World Animal Protection Australia telah menyelidiki 26 tempat wisata satwa liar di Bali, Lombok, dan Gili Trawangan dengan cara menyamar sebagai turis.

Mereka menemukan banyak lumba-lumba di tempat-tempat hiburan Indonesia ditangkap secara ilegal di alam liar bahkan disimpan dalam kondisi yang buruk dengan tampat yang tidak layak.

Lumba-lumba di Bali harus mengalami penyiksaan, gigi mereka dicabut dan dipotong hanya demi menjaga wisatawan agar tak tergigit. Pencabutan gigi lumba-lumba di Bali ini dilakukan secara paksa. Ada pula di antaranya yang cidera.

Baca juga: Ngeri, beginilah proses pemasangan kepala Wisnu di GWK Bali yang bikin bergidik

Tak hanya lumba-lumba, tempat penangkaran gajah pun memperlakukan hewan besar tersebut dengan memprihatinkan. Beberapa dari mereka dilatih dengan sangat keras. Bahkan 51 persen gajah yang diamati tim World Animal Protection kemungkinan tidak memiliki interaksi taktil dengan gajah lain. Sebagai hewan yang sangat berkembang secara sosial, isolasi tersebut akan sebabkan gangguan pada gajah.

Menyedihkannya, menurut laporan World Animal Protection seperti dilansir dari news.com.au, hanya 15 persen tempat yang memiliki satu atau lebih dokter hewan di lokasi secara permanen, 46 persen bergantung pada penjaga hewan untuk mengelola perawatan hewan.

Semua perlakuan menyedihkan terhadap hewan-hewan tersebut dilakukan untuk menghibur para wisatawan. Wisatawan bahagia, hewan-hewan harus menjalani hari-hari yang menyiksa.

Lantas apa yang harus dilakukan para wisatawan untuk membantu mengatasi masalah ini?

Berfoto selfie merupakan salah satu bentuk potret muram atraksi binatang di Bali. Foto / thetelegraph.co.uk

Ben Pearson mengatakan, jika para wisatawan ingin mengunjungi atrasi wisata hewan, jangan pergi ke Bali. Masih ada tempat wisata atraksi hewan lain yang melakukannya dengan baik. Misalnya ke A Big Five Safari di Afrika.

Sedangkan, Steve McIvor mengatakan para wisatawan bisa membantu menyelamatkan hewan-hewan di Bali dari tindakan kekejaman dengan memboikot tempat penangkaran tersebut.

Namun, jika Anda tak memiliki cukup banyak bujet untuk ke Afrika atau pun tak punya keberanian untuk memboikot atraksi hewan tersebut, paling tidak mulailah dengan melakukan tindakan kecil seperti berhenti mengunjungi tempat penangkaran hewan yang menyuguhkan atraksi bersama hewan.

Selain itu, Anda juga bisa membantu para hewan dari pengeksplotasian para pemilik usaha wisata dengan tidak lagi menunggangi, berfoto selfie, atau pun memeluk binatang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU