Gunung Everest terkenal sebagai gunung tertinggi di dunia yang memiliki cuaca ekstrim bahkan sering difilim kan menjadi salah satu yang paling ditakuti di dunia. Hanya secuil orang yang bisa menaklukkan gunung yang ada di perbatasan antara Nepal dan Tibet ini. Lalu siapa ya kira-kira pendaki everest pertama Indonesia?
Tahukah Anda, ternyata wanita bernama Clara Sumarwati adalah pendaki everest pertama Indonesia. Ia berhasil mencapai puncak Everest pada 26 September 1996 dan menjadi pendaki ke-88 yang berhasil mencapai puncak pada tahun itu.
Selain menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil mendaki puncak Everest, ia ternyata juga jadi perempuan asal Asia Tenggara yang berhasil menggapai Puncak Everest.
Pada catatan everesthistory.com, Clara Sumarwati menjadi leader pada pendakian Everest itu ditemani dengan empat sherpa asal Nepal, Chuwang Nima Sherpa, Dawa Tshering, Gyalzen Sherpa, dan Kaji Sherpa.
Namun prestasi besar yang diberikan Clara menantang maut di Gunung Everest ternyata tidak pernah dihargai. Catatan sejarah yang ia torehkan ternyata tidak pernah dianggap oleh masyarakat Indonesia pada kala itu. Ia dianggap membual karena tidak memiliki bukti apapun. Baik foto maupun video. Padahal jelas bahwa website resmi Gunung Everest mencatat Clara sebagai salah satu pendaki yang berhasil menakhlukkan Everest pada tahun 1996 kala itu.
“Kan di puncak Everest itu ada semacam tiang puncak, nah di foto Clara tidak ada itu. Saya sempat tanya dan dia bilang akan kasih, tapi sampai sekarang nggak dikasih-kasih juga. Akhirnya saya dengar katanya fotonya terbakar,” kata Ogun, salah satu pendaki di zaman 1996 dilansir dari detik.
Clara mendapatkan banyak cercaan dengan torehan prestasi yang diraihnya. Ia dianggap tak memiliki bukti-bukti kuat telah sampai di puncak Everest. Apalagi, di tahun 1996, tahun yang sama saat Clara mendaki, terjadi tragedi mengerikan yang dikenal dengan ‘1996 Mount Everest Disaster’. Insiden itu terjadi pada 10-11 Mei 1996 dan tercatat 22 pendaki meninggal.
Dengan adanya tragedi tersebut, banyak orang yang tak percaya Clara bisa berada di puncak pada saat Everest dalam keadaan yang bencana. Namun, mereka yang menyangkal prestasi Clara tak tahu bila ia mendaki pada bulan September akhir di mana bencana telah usai.
Tekanan yang diterima dan tak dipercaya oleh masyarakat atas prestasinya, Clara pun sempat dirawat di rumah sakit jiwa, Magelang.
Clara, wanita yang lahir di Yogyakarta pada 6 Juli 1967 ini kini tinggal di rumahnya di Jogja. Ia nampak segar bugar meskipun pernah di rawat lama di rumah sakit jiwa.
Dengan menenteng sertifikat dan foto yang sempat ia abadikan di Everest ia dengan bangga menceritakan pendakian Everestnya itu.
Clara mengaku ia naik dengan formasi 12 orang dengan dua pendaki dari Indonesia, yakni Clara sendiri dan Gibang Basuki, Persatuan Pendaki Gunung Angkatan Darat (PPGAD) Kopassus.
“Timnya yang Indonesia cuma 2, saya dan Gibang Basuki, itu Kopassus kita PPGAD. Yang sampai puncak saya sama 5 guide. Yang dari militer (Gibang Basuki) enggak nyampai, keluar darahnya dari hidung,” ujarnya dilansir dari Kumparan.com pada Senin (15/10/2018).
Sebelumnya, ia pernah melakukan berbagai pendakian di gunung-gunung tinggi dunia, seperti Aconcagua di Argentina dan Annapurna di Nepal.