Pantai Karangbolong merupakan kawasan pesisir yang berlokasi di Desa Karangbolong, Karang Suraga, Kec. Cinangka, Serang, Banten. Berbeda dengan pantai umumnya, Pantai Karangbolong berkontur landai dengan pasir kelabu luas yang dibatasi perbukitan batu sedimen klastik. Terdapat gua batu di sekitar pantai ini yang dihuni oleh burung walet.
Pengunjung yang masuk ke Pantai Karangbolong dikenai biaya sebesar Rp 5000 per orang. Sedangkan untuk rombongan bus, biaya masuk sebesar Rp 250.000 per bus, sudah termasuk parkir kendaraan. Setiap harinya banyak wisatawan dari dalam atau luar Banten untuk berlibur atau sekedar singgah sembari menikmati pesona Pantai Karangbolong yang indah.
Pantai Karangbolong berada di ujung barat tanah Jawa. Menurut legenda, Pantai Karangbolong masih masuk di wilayah kekuasaan Nyi Roro Kidul, dipimpin oleh seorang abdi kinasih yang bernama Prabu Rakata. Konon ketika masa Peradaban Hindu-Buddha di nusantara masih berjaya, pantai ini adalah tempat untuk mencari berbagai ilmu kedigdayaan oleh ksatria.
Nama Karangbolong diambil dari sebuah batuan karang yang cukup besar di tepi pantai ini, dimana bagian tengahnya berlubang atau bolong. Karang yang bolong ini dipercaya sebagai jalan masuk menuju istana gaib yang ada di wilayah pantai Banten. Pada masa pemerintahan Kesultanan Banten, Pantai Karangbolong dulunya bernama Pantai Karangsuraga.
Sebelum menjadi destinasi populer seperti sekarang, dahulunya Pantai Karangbolong menjadi tempat untuk mencari, melatih, serta meletakkan kembali ilmu kanuragan. Ribuan tahun lalu, Pantai Karangbolong adalah tempat untuk mendapatkan suatu ilmu ajian tingkat tinggi yang disebut dengan ilmu Batara Karang.
Batara Karang adalah ilmu yang dapat membuat siapapun yang mampu menguasainya menjadi abadi. Batara Karang termasuk dalam ilmu tingkat tinggi yang tidak mudah untuk dikuasai. Terdapat laku ritual khusus yang harus dijalankan, seperti diantaranya puasa selama 1000 hari. Akan ada konsekuensi besar jika gagal, yaitu saat meninggal tidak akan diterima alam semesta.
Setelah ruh terpisah dengan raga, raga tidak akan bisa dimakamkan di dalam bumi. Perlahan raga akan mengecil, namun kuku dan rambut tetap akan terus tumbuh. Masyarakat awam mengenalnya dengan Jenglot. Oleh dunia perdukunan, Jenglot biasanya digunakan untuk penjagaan harta.