Museum Misi Muntilan Magelang, Menapaki Sejarah Persebaran Agama Katolik di Tanah Jawa

Jawa telah menjadi rumah bagi umat dari berbagai agama, salah satunya Katolik. Di museum ini, Anda bisa belajar perkembangan agama Katolik di Jawa.

SHARE :

Ditulis Oleh: Astrid S

Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, selalu menjadi salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi karena adanya Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di Indonesia, yang tidak hanya indah namun juga menggambarkan bahwa persebaran agama Buddha pun hingga sampai di tanah Jawa. Namun, apakah Anda tahu bahwa salah satu kecamatan di Magelang merupakan pusat persebaran agama Katolik di Jawa?

Baca Juga: Ini Balkondes Tuksongo Borobudur yang Sedang Hits

Ialah Muntilan, salah satu kecamatan di selatan Magelang yang hingga kini masih menyimpan lembar kisah cerita pengaruh agama Katolik di Jawa, khususnya Jawa Tengah. Muntilan pun dikenal dengan julukan “Betlehem van Java” atau tempat kelahiran Tuhan di tanah Jawa. Kompleks yang terdiri dari sebuah gereja, sekolah katolik, hingga kesusteran ini masih bisa kita jumpai di Jalan Kartini, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.

Untuk terus melestarikan sejarah lahirnya Gereja Katolik di tanah Jawa sekaligus sebagai tempat bagi umat Katolik dalam merenungkan perjuangan para tokoh Katolik Jawa, akhirnya didirikan Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) atau lebih dikenal dengan Museum Misi Muntilan, pada 14 Desember 2004 oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Semarang masa itu.

Romo Van Lith, Imam yang Nasionalis

Romo Van Lith, Tokoh yang Pertama Kali Menyebarkan Agama Katolik di Jawa. (Foto: Astrid S)

Saat pertama kali kita menapakkan kaki di depan gedung museum, kita akan melihat patung Romo Frans van Lith, seorang pastur dari Belanda yang mengabdikan diri untuk menyebarkan agama Katolik di tanah Jawa sekaligus mengembangkan daerah Muntilan di kala itu. Walaupun berasal dari Belanda, Romo van Lith menekankan masyarakat Muntilan untuk berusaha membangun daerahnya dan tetap menjaga nilai-nilai Jawa demi menjaga rasa nasionalisme bangsa Indonesia.

“Van Lith memang imam Katolik. Dia membuka sekolahan. Tapi di tempat Van Lith, jaman itu tidak ada pelajaran agama karena cita-cita Van Lith pokoknya siapa pun yang datang, anak-anak Jawa (siswa Van Lith) ini harus bisa memimpin bangsanya. Maka dipilihlah model asrama supaya kalo pagi mereka sekolah lalu dididik dengan bahasa Belanda, supaya punya kemampuan setara dengan anak-anak Eropa. Tetapi ketika pulang ke asrama, dididik oleh orang-orang Jawa pake bahasa Jawa supaya hatinya tetap Jawa,” ujar Antonius Tri Usada Sena atau kerap dipanggil Pak Sena, Sekretaris Museum Animasi Misioner Muntilan.

Baca Juga: 6 Hal Menantang yang Bisa Kamu Lakukan di Magelang dan Sekitar

Agama dan Nasionalisme Bersatu

Beberapa Peninggalan Mgr. Albertus Soegijapranata, Uskup Pribumi Indonesia Pertama. (Foto: Astrid S)

Di dalam gedung berlantai 2 (dua) ini, Anda bisa menemukan berbagai koleksi barang bersejarah Kekatolikan, seperti relikui, kitab-kitab doa, beragam jubah, hingga kisah andil tokoh-tokoh Katolik Jawa dalam memperjuangkan kesejahteraan di Indonesia. Salah satunya adalah berbagai benda peninggalan dari Mgr. Albertus Soegijapranata, uskup pribumi Indonesia pertama yang dulu menjabat sebagai Uskup Agung Semarang. Beliau juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, karena usahanya dalam membantu kemerdekaan Indonesia.

Walaupun difokuskan sebagai tempat ziarah bagi umat Katolik, namun museum ini juga bisa menjadi tempat setiap orang Indonesia untuk belajar mengenai perbedaan di Indonesia serta perjuangan merajut kesatuan demi kemerdekaan Indonesia. Seperti nilai-nilai yang diyakini Van Lith, terlepas dari apa agama yang dianut, jangan lupa untuk menjadi orang Indonesia yang berguna bagi nusa dan bangsa.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU