Mengenal Legenda Goa Kreo lewat Pagelaran

Goe Kreo merupakan salah satu tempat wisata alam yang ada di Semarang. Selain menyuguhkan tampilan alam, Goa Kreo juga punya cerita asal-usul yang menarik, kamu tau?

SHARE :

Ditulis Oleh: Syaiful Millah

Sejumlah seniman perankan tokoh Walisongo, yakni Sunan Kalijaga dalam pementasan Mahakarya Legenda Goa Kreo, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (8/7). Pagelaran seni ini diadakan setiap tahun sebagai tradisi untuk menjunjung tinggi adat dan budaya.

Selain itu, acara yang diadakan Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kota Semarang tersebut bertujuan untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang ada di Kota Semarang dengan mengadakan berbagai atraksi dan pagelaran berupa seni drama, peran, suara, musik, dekoratif tarian dan seni lainnya ditunjang dengan unsur budaya yang dimiliki Semarang sebagai kota yang cukup kental dengan sejarah dan nilai-nilai budaya. 

Tahun ini, pementasan Mahakarya Legenda Goa Kreo mengusung tema Harmoni Alam dan Budaya yang melibatkan ratusan seniman tari dan musik dari berbagai komponen, ada dari warga Desa Wisata Kandri, Mahasiswa STIEP Semarang dan komunitas-komunitas seni dan wisata yang ada di Kota Semarang dan sekitarnya. 

Tapi tahukan kalian tentang legenda Goa Kreo ini? berikut ini cerita yang disampaikan salah satu tour guide yang ada di kawasan wisata Goa Kreo.

Legenda Goa Kreo dikisahkan dulunya adalah tempat petilasan para Sunan-Sunan, diantaranya Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Gunung Jati. Dikisahkan juga bahwa Sunan Kalijaga berencana membangun sebuah masjid di kawasan Demak (sekarang menjadi Masjid Agung Demak), kemudian ia mencari kayu yang akan dijadikan saka guru masjid tersebut. Tetapi anehnya pohon itu tidak bisa ditebang, sehingga Sunan Kalijaga bersemedi di sebuah goa. Saat bersemedi itulah datang empat ekor kera dengan warna yang berbeda beda, ada kera hitam, putih, merah dan kuning. Setiap warna dipercaya melambangkan sesuatu, hitam berarti tanah yang subur, putih berarti kesucian, merah melambangkan keberanian dan kuning berarti angin.

Para kawanan kera tadi kemudian mengajak Sunan ke sebuah tempat untuk meminta petunjuk pada Yang Maha Kuasa untuk bisa menebang pohon yang akan digunakan membangun Masjid. Sunan pun diberi petunjuk untuk menebas pohon dengan menggunakan selendang yang dibawanya dan pohon itu berhasil ditebang. Setelah itu, Sunan Kalijaga berencana membawa batang pohon tersebut menuju masjid, tetapi saat itu kawanan kera ingin ikut serta dengan Sunan untuk membantu. Akan tetapi, Sunan tidak mengijinkan. Beliau justru menitipkan amanah pada kawanan kera agar menjaga tempat tersebut yang sekarang dikenal dengan nama Goa Kreo, berasal dari Bahasa Jawa “ngreho” yang berarti menjaga atau memelihara.


Hingga sekarang, masyarakat berkeyakinan bahwa kera-kera yang ada di kawasan Goa Kreo adalah keturuan dari empat kera yang membantu Sunan Kalijaga. Untuk itulah, setiap tahunnya diadakan pagelaran Mahakarya Legenda Goa Kreo untuk menjaga tradisi dan budaya yang ada.

nah gimana pendapatmu? atau kamu pernah dengar cerita versi lainnya? 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU