Kabar gembira untuk para petualang yang menantikan ingin menjelajah puncak tertinggi di dunia. Nepal secara resmi telah membuka kembali negaranya untuk kunjungan turis setelah sekian lama lockdown karena pandemi Covid-19. Gerbang pendakian menuju ke puncak Pegunungan Himalaya juga sudah dibuka meskipun masih secara terbatas dan disertai penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Nepal merupakan negara di Asia Selatan yang berada di kaki Pegunungan Himalaya yang agung. Nepal populer sebagai ‘Negara Seribu Kuil’ karena memiliki ratusan kuil Hindu dan Buddha, dan setiap kompleks kuil terdiri dari puluhan kuil lebih kecil berusia ribuan tahun. UNESCO bahkan telah menetapkan salah satu kompleks kuil di Nepal menjadi warisan dunia. Selain kuil, Pegunungan Himalaya adalah daya tarik Nepal.
Mengutip keterangan dari Badan Pariwisata Nepal dalam Associated Press pada Rabu (1/11/2020) lalu, siapa pun yang ingin mendaki Pegunungan Himalaya di Nepal. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk bisa mendaki puncak Himalaya, antara lain harus memiliki visa, negatif Covid-9 dibuktikan hasil tes PCR yang berlaku 72 jam, dan sudah memesan hotel untuk karantina selama tujuh hari di Nepal.
Tidak hanya itu, turis dan para pendaki juga wajib memiliki asuransi yang menanggung hingga USD 5.000 atau setara dengan Rp 72 juta per orang jika tertular Covid-19. Selama karantina tujuh hari, akan ada tes kedua Covid-19 di hari kelima dengan biaya pribadi. Tidak perlu khawatir tertular, karena semua orang yang terlibat dalam pendakian seperti kuli angkut, pemandu, dan juru masak telah menjalani tes Covid-19.
Pandemi Covid-19 telah memberi dampak besar kepada dunia pariwisata Nepal. Secara keseluruhan, Nepal melaporkan 176.500 kasus Covid-19 di negaranya, termasuk lebih dari 37 ribu yang saat ini masih dirawat. Upaya pembukaan gerbang pendakian Pegunungan Himalaya merupakan upaya untuk menghidupkan lagi industri pariwisata Nepal. Sejauh ini, Nepal baru membuka wisata untuk para pendaki dan trekker saja.