Menapaki Makam Soe Hok Gie dari Makam Tertua Dunia Hingga ke Museum Taman Prasasti

Pendaki gunung atau pun pekerja silih berganti di makam Soe Hok Gie yang berada di Museum Taman Prasasti. Sebelum beralih fungsi menjadi Museum Taman Prasasti, tempat ini sebelumnya adalah tempat pemakaman modern tertua di dunia

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Prasasti nisan makam Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti. Sumber foto

Nobody knows the troubles I see, nobody knows my sorrow

Kutipan kalimat tersebut menjadi penghias batu nisan di makam Soe Hok Gie.

Soe Hok Gie meninggal sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 pada 16 Desember 1969. Sebagai sosok dengan intelektualitas tinggi yang menyampaikan kritik kepada pemerintahan lewat tulisan, Gie begitu dikagumi oleh oposisi pemerintah dan pegiat kegiatan alam bebas di Indonesia.

Baca juga: Naik gunung lah seperti Soe Hok Gie

Mendaki gunung menjadi salah satu bentuk pemberontakan Soe pada kemunafikan dan hipokrisi pemerintahan. Dia pun turun ke jalan sebagai demonstran.

Namun, perjuangannya harus terhenti saat mendaki Gunung Semeru. Dia meninggal di Puncak Semeru akibat gas beracun yang dihirupnya.

Meski sudah lama meninggal, namun jasa-jasa dan perjuangan Gie terus dikenang. Ada banyak orang yang mengagumi Gie dengan cara mengoleksi tulisan-tulisannya.

Ada juga yang memilih untuk berkunjung ke makam Soe Hok Gie sebagai wujud penghormatan kepada pahlawan demokrasi ini. Tua atau pun muda. Pendaki gunung atau pun pekerja silih berganti di makam Soe Hok Gie yang berada di Museum Taman Prasasti.

Sebelum beralih fungsi menjadi Museum Taman Prasasti, tempat ini sebelumnya adalah tempat pemakaman modern tertua di dunia, pemakaman Kebon Jahe Kober (Kerkhof Laan) di Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat.

Makam Kebon Jahe Kober memiliki luas sekitar 5.9 hektar. Dibangun pada 28 September 1795, tempat pemakaman ini menjadi salah satu yang tertua di dunia. Lebih tua dari Fort Cannin Park di Singapura (1926), Gore Hill Cemetery  di Sidney (1868), La Chaise Cemetery di Paris (1803), Mount Auburn Cemetery di Cambridge (1831), atau Arlington National Cemetery di Washington DC (1864) .

Awalnya, makam Kebon Jahe Kober ini adalah Gereja Belanda Baru (sekarang telah dijadikan tempat Museum Wayang). Kemudian, karena masa tersebut jumlah angka kematian Batavia meningkat drastis, Belanda akhirnya membongkar gereja dan menjadikannya tempat pemakaman. Dulu, tempat pemakaman ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda.

Prasasti makam Soe Hok Gie di antara patung-patung. Sumber foto

Selain prasasti makam Soe Hok Gie, sejumlah orang penting yang dimakamkan di sini, di antaranya, Olivia Mariamne Raffles (istri Gubernur Jenderal Inggris dan pendiri Singapura Sir Thomas Stamford Raffles), Dr. H.F Roll (pendiri Stovia). Ada pula makam Pieter Eberveld, orang yang dihukum dengan ditarik kuda dari empat arah berbeda.

Seiring berjalannya waktu, pemakaman Kebon Jahe Kober ditutup oleh Gubernur DKI Ali Sadikin pada 1975. Jenasah-jenasah dipindahkan atau pun dibawa kembali pulang ke daerah asalnya. Sedangkan jenasah Gie akhirnya dikremasi dan abunya disebar di Mandalawangi, Gunung Pangrango.

Baca juga: Fakta tentang Gunung Pangrango yang menyimpan abu kremasi jenasah Soe Hok Gie

Pada tahun 1977, kompleks pemakaman Kebon Jahe Kober kemudian diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti di mana di sana terdapat ribuan prasasti dan patung-patung.

Meski tubuh Soe Hok Gie sudah dikremasi, namun sebagai bentuk penghormatan atas jasa yang dibuat untuk Indonesia, namanya tetap tertulis dalam batu nisan di Museum Taman Prasasti yang berada di Jalan Tanah Abang I, Gambir, Jakarta Pusat.

Untuk menemukan keberadaan makam Soe Hok Gie di antara ribuan prasasti dan patung di Museum Taman Prasasti bukanlah hal yang mudah. Butuh pemandu untuk mengantarkan ke sana.

Prasasti nisan Soe Hok Gie tidak mencolok. Hampir terlihat sama di antara yang lainnya. Salah satu penanda yang membedakan makam Soe Hok Gie dengan lainnya adalah adanya patung malaikat perempuan kecil yang berdiri di atas nisan. Malaikat kecil tersebut terlihat seperti sedang mendoakan Soe Hok Gie.

Makam Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti kini menjadi salah satu tempat tujuan para pendaki. Menyempatkan waktu akhir pekan sambil menyusuri jejak Soe Hok Gie akan membuat namanya terus terkenang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU