Hingga tahun 1997, Cina memang dikenal sebagai negara penemu layang-layang pertama di dunia. Diperkirakan layang-layang sudah ada di Cina sejak tahun 2800 tahun yang lalu. Layang-layang tersebut terbuat dari kain sutra dan bambu emas sebagai kerangkanya namun sejarawan bernama Clive Hart dan Tal Streeter percaya bahwa klaim Cina tersebut tidak sah, mereka percaya bahwa layang-layang ada jauh lama sebelum Cina mengklaimnya. Sejarawan percaya bahwa layang-layang pertama di dunia dibuat di ujung tenggara di Pulau Sulawesi yakni di Pulau Muna.
Baru-baru ini para ahli menemukan sebuah lukisan di Pulau Muna yang diperkirakan berumur 40 ribu tahun. Lukisan di gua bersejarah tersebut menyerupai manusia yang sedang menerbangkan layang-layang. Penjaga gua menemukan lukisan tersebut di tahun 1996 lalu diteliti oleh seseorang dari Jerman bernama Wolfgang Bieck, pecinta layang-layang yang datang ke Indonesia tahun 1997.
Info lukisan di gua prasejarah bernama Gua Sugi Patani di desa Liang Kabori ini langsung membuat Wolfgang penasaran sehingga ia membawa sang istri Mong Hie ke Indonesia untuk melihat lukisan tersebut.
Sebenarnya untuk mencapai ke gua ini Anda harus berjalan sejauh 3 kilometer menuruni koral curam dan sebuah lubang yang diperkirakan berada 250 meter di atas permukaan air. Di sanalah lukisan itu berada. Lukisan tersebut memperlihatkan figur manusia berdiri dengan postur dinamis dengan memegangi layang-layang daun.
Setelah diteliti, ternyata lukisan layang-layang tersebut telah ada sejak era Epi-peleolitik (periode Mesolitikum) atau sekitar 9.000-9.500 sebelum masehi. Wolfgang kemudian mendeklerasikan bahwa layang-layang pertama yang pernah diterbangkan manusia adalah layang-layang di Pulau Muna, Sulawesi. Kemudian ia membuat artikel berjudul “The First Kiteman” di sebuah majalah di Jerman tahun 2003.
Dulu, layang-layang berfungsi untuk mengusir hama di sawah. Layang-layang di masa lalu memiliki sebuah alat terbuat dari kayu yang membuat suara saat tertiup angin sehingga mampu mengusir hama.