Malioboro terus berkembang. Setelah membangun toilet bawah tanah berstandar internasional yang menelan biaya Rp5,8 miliar, Pemkot Yogyakarta menata kawasan lalu lintas Malioboro dengan menciptakan kawasan semi pejalan kaki.
Melansir dari tempo.co, kawasan lalu lintas Malioboro nantinya akan diubah menjadi titik bundaran besar namun juga cuku ramah untuk pejalan kaki.
Rencana tersebut dinyatakan oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Wirawan Hario Yudho pada Rabu (27/6). Menurutnya, pihak Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta akan melakukan uji coba berdasarkan hasil kajian.
Manajemen lalu lintas dengan konsep bundaran besar dinilai cocok diterapkan di kota Yogyakarta yang luasnya terbatas. Dengan menjadikan sebuah kawasan sebagai bundaran besar, yang bersinggungan dengan bundaran besar di kawasan lain, maka arus lalu lintas terus mengalir.
Jika dianalogikan, konsep bunderan besar Malioboro ini menyerupai mesin jam yang terus berputar. Namun demikian, Wirawan Hario menambahkan bahwa konsep titik bundaran dapat dikombinasikan dengan konsep lain sehingga muncul konsep lalu lintas seperti kepak sayap kupu-kupu.
Masih melansir dari sumber yang sama, Wirawan menuturkan penataan lalu lintas Malioboro ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti titik-titik pertumbuhan ekonomi dan kenyamanan wisatawan.
Yang pasti, nantinya kawasan wisata Malioboro akan diprioritaskan dengan moda angkutan umum.