Kesengsem Lasem, Mengajak Lebih Peduli Kota Tua Lasem-Jawa Tengah

Ingin Lasem makin dikenal, gerakan Kesengsem Lasem aktif melakukan aksi nyata baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Berawal dari kunjungan ke sebuah kawasan tua di Rembang, Jawa Tengah, bernama Lasem pada tahun 2015, Atre, Agni, Ompei, dan Ellen Kusuma, kini berhasil membuat sebuah perubahan di tempat tersebut.

Dari mata turun ke hati, empat traveler ini pun memberikan keajaiban untuk Lasem, Rembang

In frame: Astri Apriyani. Foto oleh Ellen Kusuma.

Mengenai awal berdirinya Komunitas Kesengsem Lasem, Astri Apriyani atau akrab disapa Atre, salah satu pendiri komunitas ini, bercerita pada Phinemo.

Ingin tahu lebih banyak tentang Lasem? Klik di sini.

Awalnya, Atre dan ketiga temannya yaitu Agni, Feri dan Ellen datang berkunjung ke Lasem dengan tujuan masing-masing. Atre datang ke Lasem demi membuat tulisan untuk majalah dan blog, Agni dan Feri adalah kontributor National Geographic Indonesia, sementara Ellen aktif menulis di blog pribadinya.

Berawal dari situ, empat traveler ini akhirnya ‘kesengsem’ atau dalam bahasa Indonesianya tertarik hati, tergila-gila, jatuh cinta dengan Lasem. Perasaan itu datang seketika setelah menjelajahi bangunan tua di Lasem Rembang, lalu bertemu dengan masyarakat lokalnya.

“Kami bingung, kenapa Lasem begitu menarik hati,” ujar Atre.

Setahun berlalu, wujud kecintaan empat traveler ini kepada Lasem ingin mereka salurkan dengan menjadi aksi nyata. Akhirnya terbentuklah sebuah komunitas bernama Kesengsem Lasem pada tahun 2016. 

“Karena kecintaan dan keinginan mempromosikan Lasem, kami membentuk komunitas Kesengsem Lasem pada 2016, didukung oleh kawan-kawan fotografer dan wartawan. Selain itu juga ada masyarakat Lasem sendiri: Baskoro “Pop”, Rudy Hartono, Soebagio Soekidjan, Gandor Sugiharto, Soesantio, Gus Zaim, Alex A. Wachyudi, dan masih banyak lagi,” tambah Atre.

Melalui aksi-aksi nyata komunitas ini, Lasem makin dikenal

Batik tulis Lasem bukan hanya selembar kain…di dalamnya terdapat harapan, strategi, seni, kesabaran dan kasih sayang. Foto oleh Lukas Setiaatmaja/ @kesengsemlasem

Terkadang, kita hanya perlu melakukan hal-hal kecil secara konsisten untuk mendapat hal besar. Hal ini yang dilakukan Komunitas Kesengsem Lasem. Mereka fokus untuk menggerakkan orang agar lebih peduli dengan budaya, seni, serta pusaka Kota Tua Lasem. Tak hanya mengajak masyarakat lokal, mereka juga melakukan hal yang sama pada wisatawan yang datang ke Lasem.

Kegiatan komunitas ini beragam, mulai dari pengadaan workshop pemanfaatan sosial media, workshop fotografi, workshop menjadi pemandu wisata, hingga workshop branding and marketing untuk menunjang masyarakat setempat mengembangkan Lasem menjadi lebih baik dan siap menjadi destinasi wisata yang layak dikunjungi.

“Komunitas ini bekerja sama dengan Pemkab Rembang, Dinas Pariwisata, sampai Kementerian Pariwisata untuk membuat Lasem menjadi lebih berkembang, terutama dengan mengupayakan regulasi tentang cagar budaya untuk bangunan-bangunan tua di Lasem,” jelas Atre.

Ingin menjelajah destinasi Lasem? Klik di sini!

Gerakan sederhana ini layak ditiru para traveler untuk memajukan wisata daerah di berbagai pelosok Indonesia

Klenteng Cu An Kiong, klenteng tertua di Lasem Rembang. Terletak di Jalan Dasun, Desa Soditan. Komplek perumahan kota tua Lasem (pecinan) di Soditan diduga sebagai komplek pecinan tertua di Lasem. Ditengarai dengan adanya sejumlah bangunan berarsitektur Fujian. Foto oleh @_isep

Atre menyebutkan bahwa untuk membuat Lasem makin terkenal, ia selalu mengajak orang yang datang ke Lasem agar menggunakan hashtag #kesengsemlasem untuk menunjukkan keindahan dan keunikan Lasem di sosial media. Kini sudah ada 7,8 ribu postingan yang menyertakan hashtag #kesengsemlasem.

Cara ini bisa ditiru oleh para traveler lain yang sedang melancong ke pelosok negeri untuk mengenalkan daerah-daerah Indonesia yang belum banyak diketahui orang.

“Khusus untuk Lasem, pada akhirnya gerakan ini ‘memaksa’ masyarakat Lasem untuk berkembang, bersiap menghadapi arus pariwisata yang akan tiba. Dan, karena Lasem memiliki kawasan pecinan tua dari abad 19 yang sebelumnya tidak terawat, kini akhirnya jadi perhatian pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab untuk melestarikan, seperti dengan merancang regulasi cagar budaya,” pungkas Atre.

Ingin tahu lebih banyak tentang Kopi Lasem yang terkenal? Klik di sini

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU