Saya teguk satu gelas soda sambil menikmati alunan musik jazz. Sudah beberapa tahun semenjak kelulusan, tak kulihat wajah-wajah hangat ini. Selepas kelulusan, kami sibuk dengan destinasi masing-masing. Ada yang masih melanjutkan backpacking, adapula yang langsung mengejar pekerjaan.
Bagaimana dengan saya? Travel writer, itulah yang sedang saya coba tekuni, belajar menulis tentang hobi traveling.
Saya pandangi satu persatu para sahabat saya ini. Vian, kini ia seorang kru stasiun tv yang menangani salah satu program bertajuk traveling. Ozi, sepertinya ia serius menggeluti usaha biro perjalanannya.
“Maaf telat, ternyata kalian masih setia nunggu”, suara yang tak asing di telinga saya. Rupanya benar, Alisa dan Randy. Pasangan yang disatukan karena backpacking. Sudah satu tahun mereka menikah.
Berkumpul seperti ini membuat saya bernostalgia mengenang masa lalu. Masa-masa di mana kita berpetualang bersama. Berada di tempat asing, bertemu dengan orang asing, menikmati dingin dan terik sinar matahari berasama. Semua memori itu, seperti kaleidoskop yang tak mungkin saya lupakan.
Alisa dan Randy, tak menyangka ternyata mereka seserius ini. Setelah bersama-sama melalang buana, akhirnya mereka terikat juga. Pandangan saya tak mau lepas dari mereka berdua, rasa bahagia juga turut menyertai. Masih sangat jelas teringat ketika backpacking bersama mereka berdua.
Perjalanan ke Blora dan bertemu dengan masyarakat Samin, Tersesat di Jakarta dan ditipu oleh seseorang, menjajal sejuknya Kota Malang, dan teriknya Dream Land, Bali. Semua itu kami tempuh bersama dan menimbulkan benih-benih cinta lokasi di antara Alisa dan Randy.
Tak ada yang menyangka kapan dan dengan siapa cinta itu hadir. Saya juga tak menyangka akan ditakdirkan dengan orang yang selama ini begitu dekat, ada di antara kita, orang yang memiliki passion sama dengan saya
Saya setuju dengan pendapatnya, setidaknya itu dibuktikan dengan pengalaman pribadi.
Terbiasa bersama menimbulkan rasa kebersamaan.
“Rasa kebersamaan menimbulkan perasaan saling mengerti”
Saling mengerti akhirnya timbul rasa saling memahami. Kebersamaan yang sering terjadi inilah akan menimbulkan rasa nyaman satu sama lain terlebih ketika backpacking. Rasa solid akan terbentuk dengan sendirinya. Kebiasaan bepergian bersama-sama inilah yang membuat pertemanan semakin intens hingga menimbulkan perasaan lebih.
Terlalu sering bepergian dan menghabiskan waktu bersama, secara otomatis kami pun mengenal karakter dan sifat dasar masing-masing. Ozi yang selalu terbuka dan ceplas-ceplos dalam pembicaraan, Vian yang kreatif dan penuh dengan ide-ide gila, Alisa yang selalu kalem dan tenang, Randy yang bijak dan selalu menjadi penengah.
“Masing-masing memiliki kriteria dan kecocokan, sehingga tidak menutup kemungkinan akan timbul ketertarikan dengan karakter dan sifat teman sesama backpacker”
Ketika seseorang atau suatu kelompok memiliki hobi atau passion sama dengan tujuan yang sama. Maka kecocokan atau chemistry akan semakin timbul di antaranya.
“Entah berujung pada persahabatan atau bisa lebih, seperti kedua sejoli ini”
Seseorang yang terjebak cukup lama dalam kebersamaan tidak ingin repot-repot mencari seseorang yang baru dikenal dan berusaha mengenal lebih dalam dari semula. Itulah yang dikatakan Randy pada kami. Ia tak mau ambil pusing memikirkan seorang pasangan.
“Ia sudah cukup nyaman dengan wanita yang hampir setiap waktu ada di depannya”
***
Cinta memang kata yang sulit untuk dideskripsikan. Setiap orang memiliki persepsi masing-masing dengan kata tersebut, termasuk backpacker.
Backpacker tidak melulu membicarakan mengenai keindahan suatu destinasi. Kami juga banyak membicarakan topik lain. Cinta salah satunya.