“Dari kebiasaan lama, kita belajar untuk membuat hal baru menjadi lebih baik,”
Pernah nggak sih Kamu traveling sama teman yang maniak dengan smartphonenya? Mereka terlalu sibuk dengan gadget dan sosial media. Hingga kadang, Kamu merasa dicuekin.
Yap, ini adalah gambaran yang paling jelas dalam menjelaskan perubahan kebiasaan traveling zaman sekarang ini. Teknologi memang memudahkan perjalanan kita, tapi di sisi lain, kita mulai kehilangan nilai-nilai sosial saat lakukan perjalanan.
Kalau Kamu amati lingkungan sekitar, menurutmu, kebiasaan traveling sekarang lebih positif apa enggak? Oke, apapun pendapatmu, yang jelas 9 kebiasaan lama traveler Indonesia yang punya manfaat positif ini semakin ditinggalkan.
Ketika belum ada koneksi internet yang bagus dan teknologi yang maju, untuk bisa mendapatkan informasi tentang destinasi wisata, para traveler biasanya tanya ke teman. Bahkan karena ‘nggak enak’ ngerepoti, si teman diboyong ke tempat wisata.
Emang sih pakai internet lebih cepat dan praktis, tapi dengan bertanya dengan teman, kita bisa sekalian mempererat tali silaturahmi. Pertemananpun nggak bakal sirna kalau kita lebih sering melakukan kebiasaan ini sebelum traveling.
Pengalaman menggunakan Google Map dan bertanya warga lokal saat traveling nggak selalu sama. Meski tujuannya sama yaitu tanya jalan, nyatanya bertanya dengan warga lokal lebih ‘mantap’ daripada Google Map.
Why? Selain bisa lebih kenal dengan warga sekitar, traveler yang beruntung biasanya diajak mampir ke rumah warga lokal untuk minum, bahkan makan. Dan kebiasaan ajaib ini malah perlahan mulai ditinggalkan traveler Indonesia. Sayang banget.
Karena kemunculan Instagram, kini banyak traveler lebih fokus dengan gambar-gambar mereka di Instagram. Akibatnya, mereka lebih fokus foto-foto daripada ngobrol sama warga lokal.
Padahal, dulu traveler Indonesia lebih sering ngobrol dan basa-basi dengan warga lokal. Selain bisa mengenal warga lokal lebih dalam, ini adalah trik biar bisa menginap gratis di tempat warga lokal, lho. Paling nggak, dikasih diskon lah.
Pernah nggak sih Kamu traveling sama teman yang maniak dengan smartphonenya? Asik nggak? Jawabannya pasti enggak.
Yap, karena teknologi yang super canggih ini, orang lupa kodrat traveling. Tujuannya mau seneng-seneng tapi malah sibuk dengan gadget. Lupa sama sekitar, nggak all out lagi kalau lagi traveling.
Saat ini banyak sekali tour and travel dengan berbagai promosi. Banyak traveler Indonesia tertarik dengan tour and travel ini. Traveling kini jadi serba instan. *Kayak mie instan yang tinggal diseduh doang.
Padahal, sebelum ada tour and travel semua traveler Indonesia mbolang sendiri. Ngurusin tiket sendiri, cari destinasi wisata sendiri, kesasar sendiri, kelaparan sendiri. Emang sih lebih nyiksa, tapi dengan mbolang sendiri, traveling menjadi lebih nikmat.
“Karena yang penting saat traveling itu perjalanannya, sakit-sakitnya, penderitaannya menuju tempat impian,”
Sebelum ada tongkat narsis atau si tongsis, traveler sering ngerepotin orang untuk bisa narsis di tempat wisata. Meski ngerepoti, ternyata hal ini punya banyak manfaat lho. Selain bisa dapat kenalan baru, traveler (jomblo) juga bisa membuka peluang mendapatkan jodoh.
Coba lihat kenyataan sekarang deh, semua orang saat ini sudah punya tripod dan tongsis sendiri. Boro-boro bisa kenalan, basa-basi minta difotoin aja udah jarang banget.
Meskipun lebih praktis beli makan dan minum di warung, membawa bekal dan botol minum sendiri dari rumah terbukti lebih bermanfaat. Kamu nggak harus makan tiga kali sehari di warung dan nggak harus beli air buat minum. Otomatis, pengeluaranmu akan lebih sedikit saat traveling dengan cara ini. Sayangnya, kebiasaan ini sudah mulai ditinggalkan.
Selain itu, dengan membawa botol minum sendiri, Kamu pun sudah jadi pejalan yang ramah lingkungan. Karena sudah mengurangi pembuangan sampah botol minuman.
Kenal Trinity kan? Travel writer yang menulis buku The Naked Traveler ini dulu memanfaatkan Lonely Planet dan brosur untuk mendapatkan informasi destinasi wisata. Meskipun nggak secanggih berita dan artikel di internet, namun majalah dan brosur nyatanya lebih bisa dipertanggungjawabkan. Dan Trinity membuktikannya.
Traveler jaman dulu memiliki ‘kenekatan’ yang lebih dibandingkan dengan traveler sekarang. Sebagai contoh, pendaki zaman dulu lebih nekat. Mereka bisa langsung pergi ke basecamp pendakian untuk mencari barengan buat naik gunung.
Kalau sekarang mah ada gadget, Kamu bisa coba janjian dengan teman facebook atau Instagram untuk menemukan teman mendaki. Nggak perlu nekat ke basecamp sendiri. Nanti Kamu salting (salah tingkah) lagi.
***
Meskipun teknologi masa kini sudah sangat maju, nyatanya kebiasaan lama para traveler ternyata lebih bermanfaat lho. Selain itu, kita sebagai traveler bisa menjaga adat kesopanan dan silaturahmi ketika traveling.
Kamu para anak masa kini yang dolan traveling harusnya juga memperhatikan 9 hal ini. Oke?!