Indonesia Resesi Ekonomi Bulan Depan, Bagaimana Nasib Pariwisata?

Menurut Sri Mulyani, pada kuartal IV-2020 pertumbuhan ekonomi akan negatif. Melihat kondisi ini, resesi ekonomi Indonesia sudah tak dapat dihindarkan lagi.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali melakukan revisi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020. Perekonomian Indonesia diprediksi akan mengalami kontraksi dengan nilai -2,9 persen sampai minus -1,1 persen. Sebelumnya pada kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mengalami -5,32 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun berada pada kisaran -1,7 sampai -0,6 persen.

Menurut Sri Mulyani, pada kuartal IV-2020 pertumbuhan ekonomi juga akan negatif. Melihat kondisi ini, resesi terhadap ekonomi Indonesia sudah tidak dapat dihindarkan lagi. Menurut Forbes, resesi dapat didefinisikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan yang dapat terjadi selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya. Resesi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut bernilai minus.

Dampak yang akan ditimbulkan jika Indonesia mengalami resesi ekonomi tidak main-main. Dilansir dari Kompas.com, pengamat ekonomi dari UGM, Fahmy Radhi, menjelaskan resesi menyebabkan pasokan atau supply pada barang akan menurun drastis, tapi permintaan tetap. Sehingga harga barang jelas pasti naik dan memicu terjadinya inflasi tak tekendali. Daya beli masyarakat menurun menyebabkan ekonomi semakin terpuruk.

Dilansir dari Bisnis.com, ahli ekonomi dari Institure for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan Indonesia dapat jatuh dalam jurang depresi ekonomi jika resesi ekonomi masih terus berlanjut hingga tahun 2021. Jika depresi terjadi, dampaknya bisa jauh lebih parah dari resesi ekonomi, karena akan terjadi kebangkrutan massal di sektor Industri secara permanen dan bukan temporer.

(truedigitalpark.com)

Dampak Resesi pada Industri Pariwisata

Resesi ekonomi memberikan efek besar terhadap semua sektor industri, tak terkecuali pada industri pariwisata. Dilansir dari IDN Times, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita), Budijanto Adiansjah, mengatakan sektor pariwisata (selama resesi) harus terus bergerak agar tidak bernasib seperti zombie, mati enggan hidup pun susah. Industri pariwisata akan terkena imbas besar di masa resesi bulan depan.

Menurut Budi, resesi ekonomi di Indonesia berpotensi menyebabkan PHK massal. Sudah banyak pelaku di industri pariwisata yang beralih profesi dan menutup sementara usahanya sejak masa pandemi Covid-19. Selama dua bulan terakhir, kegiatan wisata memang sudah bergerak, namun masih berkutat dengan wisata lokal sehingga belum mendatangkan pendapatan yang sesuai untuk menjalankan operasional bisnis pariwisata.

Akibat resesi, nilai pendapatan negara dan daerah juga dapat turun sangat drastis. Terlebih untuk daerah-daerah yang yang perekonomiannya hanya bergantung pada sektor wisata, seperti Provinsi Bali dan D.I. Yogyakarta. Jika pendapatan pemerintah mengalami penurunan, maka pembangunan untuk sejumlah fasilitas publik, seperti kesehatan dan transportasi juga akan alami penghambatan karena terkendala biaya.

(travelmaker.id)

Apa yang Perlu Dipersiapkan?

Mengingat kelamnya inflasi parah pada masa Orde Baru, tentu resei tahun ini akan sedikit menakutkan. Dalam situasi seperti ini, masyarakat dituntut untuk lebih bijak dalam mengelola keuangannya. Jangan boros dan kelola pendapatan dengan baik. Usahakan untuk terus menabung dan gunakan jika hanya diperlukan saja. Mengutip Good Housekeeping UK, empat hal yang perlu dilakukan agar tidak terdampak resesi, yaitu sebagai berikut.

  1. Menyiapkan dana darurat
  2. Mengurangi pengeluaran tidak perlu
  3. Memangkas tagihan kartu kredit
  4. Membangun bisnis sampingan

Namun demikian, industri pariwisata pun dapat menjadi penyelamat bagi negara yang mengalami resesi. Pergerakan aktif dalam industri pariwisata menjadi salah satu variabel pendorong untuk membangkitkan ekonomi. Yang perlu diperhatikan, bagaimana membuka tempat wisata dengan tetap memperhitungkan aspek keamanan dari Covid-19. Penerapan protokol kesehatan mutlak diperlukan jika berkunjung ke sejumlah destinasi wisata.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU