Menurut survei yang dilakukan situs Rough Guides pada pembacanya 2017 lalu, ada beberapa negara yang penduduk lokalnya dianggap paling ramah pada turis. Yang membanggakan, Indonesia berada di peringkat ke-enam dalam daftar itu.
Ethiopia memiliki tradisi unik untuk menyambut tamu, yakni menjamu mereka untuk menyaksikan proses penyeduhan biji kopi hingga menjadi minuman.
Prosesnya bisa sekitar satu jam, tapi turis yang mendapat undangan menyaksikan prosesi ini akan merasa dianggap sebagai tamu istimewa.
Sebetulnya, cukup mengherankan melihat India berada pada peringkat ini, mengingat banyaknya kasus kekerasan yang dialami turis asing di sana. Namun nampaknya kriteria keamanan dianggap berbeda dengan keramahan oleh situs Rough Guides.
Realitanya, bagi turis yang sudah bolak-balik ke India sampai berani menjamin bahwa Delhi dan Mumbai adalah tempat terbaik untuk menambah teman, karena penduduk lokalnya termasuk yang paling ramah pada turis.
Selain menyapa, penduduk lokal juga tak segan meminta foto dengan turis untuk kenang-kenangan, apalagi jika turis berasal dari negara yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Uganda disebut sebagai ‘Permata Afrika’ oleh Winston Churchill karena memiliki keindahan alam yang tak jauh berbeda dengan Kenya.
Setelah bertahun-tahun didera konflik, Uganda berbenah dan membuka kembali membuka pintu untuk turis. Keberadaan gorila menjadi salah satu pemandangan menarik saat berkunjung ke sana.
Perkembangan industri pariwisata bisa dibilang sukses mengubah wajah Kolombia yang sempat sulit lepas dari cap markas geng narkoba dunia.
Penduduk lokal di Kolombia dianggap salah satu di dunia yang paling ramah pada turis. Mereka tak sungkan menawarkan segala barang dan jasa dengan harga terjangkau agar turis tak kapok datang dan perekonomian masyarakat lokal dapat membaik.
Siapapun yang pernah berkunjung pasti setuju jika menjejakkan kaki di Jepang akan mendapat pengalaman berkesan mengingat pesatnya perkembangan teknologi dan segala keanehannya yang membuat siapapun geleng-geleng kepala.
Penduduk Jepang secara umum memang tak terlalu fasih berbahasa Inggris, apalagi mereka yang sudah cukup berumur. Namun saat mereka menemukan turis tersesat, meski dengan keterbatasan bahasa, mereka akan membantu dengan cara mengantarkan ke tempat yang dituju atau menunjukkan arah dengan gestur tubuh.
Bangsa Indonesia sudah lama dikenal sebagai salah satu bangsa yang paling ramah pada turis asing.
Kemampuan berbahasa Inggris orang Indonesia, terutama yang sudah berumur dan berada di daerah, tak jauh berbeda dengan orang Jepang, Begitupun dari sisi keramahannya. Orang Indonesia dianggap sangat menghormati turis asing yang tengah liburan di kawasannya. Ditambah, orang Indonesia yang suka tersenyum disimbolkan sebagai bentuk kehangatan dalam menyambut tamu.
Kenya jauh dari kesan kering dan panas seperti cap negara-negara Afrika yang terlanjur melekat. Di negara ini masih banyak lahan hijau yang dikelilingi pegunungan dan perairan, sehingga udaranya terbilang lebih sejuk.
Di Kenya terdapat lebih dari 40 suku adat yang memiliki beragam tradisi unik. Satu kesamaan tradisi suku-suku ini adalah, mereka selalu menyambut tamu dengan meriah.
Penduduk lokal di Kenya berbahasa Swahili dan sebagian mulai bisa berbahasa Inggris. Jika Anda berkunjung, silakan coba berbincang singkat dengan mereka saat bertemu di tempat makan atau objek wisata.
Myanmar sempat menjadi negara terisolir dari masyarakat internasional dalam beberapa puluh tahun terakhir. Namun saat ini, industri pariwisata semakin berkembang di sana, terbukti dengan turis yang selalu disambut ramah oleh penduduk lokalnya.
Coba saja berkunjung ke kedai teh tradisional mereka, turis akan disambut hangat dan diajak berbincang layaknya teman lama. Meskipun, itu tak berlaku pada turis dari semua negara.
Dinobatkan sebagai negara yang bangsanya paling bahagia di dunia oleh PBB, tak heran juga jika mereka masuk daftar ini.
Masyarakat lokal sangat suka bersauna dan mereka tak sungkan mengajak turis asing untuk bersauna bersama. Jika Anda menerima undangan seperti ini dan menerimanya, Anda sudah dianggap bagian dari lingkungan tersebut.
Negara di Amerika Selatan ini sempat mendapat predikat paling tak ramah turis selama beberapa tahun, sebelum akhirnya dipilih oleh pembaca Rough Guides sebagai paling ramah turis di peringkat 10.
Dari saran para pembaca Rough Guides, kunci untuk diterima masyarakat lokal Bolivia ialah dengan mengajak mereka berbincang dengan bahasa lokal, walau hanya mengucapkan salam (cómo es’) atau berterimakasih (gracias).