Gunung Rinjani ditutup hingga 2020 mendatang. Pernyataan tersebut resmi diungkapkan oleh Kepala TNGR (Taman Nasional Gunung Rinjani), Sudiyono ketika dihubungi Phinemo pada Jumat (28/9/2018) sore.
”Betul, Gunung Rinjani ditutup hingga kemungkinan tahun 2020. Sebabnya sampai sekarang puncak masih terdampak longsor, ditambah adanya hujan yang terus menerus. Hal ini dikhawatirkan membahayakan pendaki,” terang Sudiyono melalui percakapan suara kepada Phinemo.
Gunung Rinjani diketahui telah mengalami dampak Gempa Lombok pada 29 Juli 2018 lalu. Pemulihan telah dilakukan oleh segala pihak yang terkait. Namun longsor terus terjadi sejak bencana gempa 6,4 Skala Richter mengguncang Lombok dan sekitarnya.
Gempa ini kemudian berdampak pada jalur utama pendakian yang tertutup tanah longsor berpasir, ditambah kini cuaca sedang tak menentu dan intensitas hujan yang turun lebih sering.
Sudiyono kembali menjelaskan bahwa jalur pendakian di Rinjani akan kembali stabil ketika tanah di sana stabil pula, ”sampai menunggu tanah stabil, menunggu hujan, kemungkinan kan hujan berhenti hingga sekitar Maret, April atau Mei tahun depan,” papar Sudiyono.
Bila musim penghujan diperkirakan hingga Maret, April maupun Mei tahun depan, lalu mengapa Gunung Rinjani ditutup hingga tahun 2020 mendatang?
Sudiyono kembali menjelaskan kepada Phinemo bahwa kebijakan TNGR (Taman Nasional Gunung Rinjani) yang kemungkinan baru akan membuka kembali jalur pendakian pada 2020 mendatang, ada karena beberapa sebab.
”Jadi pada antara bulan Maret hingga Mei, hujan baru kemungkinan akan reda. Setelah itu, kami baru bisa mengecek kerusakan dan keperluan apa saja yang dibutuhkan.”
”Nah tahun 2019 depan berarti kan belum punya uang, biaya untuk pembetulan kerusakan. Di tahun itulah kemudian kami baru mulai mengajukan perencanaan. Diajukan tahun 2019, dan uangnya turun 2020,” jelas Sudiyono kepada Phinemo pada Jumat (28/9/2018) sore.
Sudiyono kembali mengatakan bahwa bulan Oktober 2020 adalah waktu yang paling minimal untuk Rinjani dapat beroperasi seperti semula.
Pembangunan akan direncanakan pada tahun 2020 dengan melibatkan beberapa pihak terkait baik dari TNGR sendiri, TNI, Polri, Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Diketahui bahwa dampak kerugian yang dialami sejak pendakian Gunung Rinjani ditutup ditaksir mencapai Rp 10 miliar dibandingkan dari target yang bisa dicapai pada tahun 2017 lalu.
Tak hanya material, ada pula dampak sosial ekonomi pada ditutupnya Rinjani. Sebanyak 89 track organizer dan 1.226 orang porter dan guide turut terdampak. Mereka harus rela kehilangan sumber penghasilannya yang bergantung dari pariwisata Gunung Rinjani.
Kini yang bisa dilakukan oleh TNGR ialah menyurvei keamanan pendakian. Sudiyono mengatakan bahwa pihaknya akan membuat kajian wisata Gunung Rinjani dan alternatif yang bisa dicapai.
”Sekarang sedang bersiap menyurvei keamanan, mencari jalur alternatif yang bisa didaki, jadi bisa mendaki tapi nggak sampai puncaknya,” tutur Sudiyono mengakhiri.