Grebeg Syawal, Tradisi Lebaran Ketupat dari Jawa

Dalam tradisi masyarakat Jawa, selain Lebaran Hari Raya Idul Fitri juga dikenal Lebaran Ketupat yang dianggap sebagai pelengkap hari kemenangan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Dalam tradisi masyarakat Jawa, selain Lebaran Hari Raya Idul Fitri juga dikenal Lebaran Ketupat yang dianggap sebagai pelengkap hari kemenangan. Lebaran Ketupat jatuh setiap tanggal 8 Syawal dalam penanggalan Hijriyah, setelah melaksanakan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal.

Sosok yang pertama kali yang mencetuskan tradisi ini adalah Sunan Kalijaga. Saat itu Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Lebaran dikenal sebagai prosesi Sholat Ied setiap tanggal 1 Syawal, hingga tradisi saling kunjung untuk silaturahmi saling memaafkan. Sedangkan Bakda Kupat dilaksanakan seminggu setelah Lebaran, dimana masyarakat membuat kupat kemudian dibagikan kepada sanak saudara sebagai bentuk kasih sayang.

Sunan Kalijaga memperkenalkan Bakda Kupat ini tentu dengan filosofi mendalam yang mendasarinya. Kupat atau ketupat dalam Bahasa Jawa berasal dari kata “Ngaku Lepat” yang bermakna mengakui kesalahan dan “Laku Papat” yang bermakna empat perkara.

(Instagram/@exploremadura)

Ngaku Lepat umumnya diimplementasikan sebagai bentuk sungkeman seorang anak kepada orang tuanya. Sang anak melalui hal ini diajarkan untuk senantiasa menghormati orang tua, patuh, dan selalu menghrap ridhonya. Lebih jauh lagi, prosesi Ngaku Lepat juga tak hanya berkutat kepada orang tua saja, tetapi juga tetangga dan sanak keluarga lainnya. Dengan begitu setiap muslim dituntut untuk mau mengakui kesalahan dan memberikan maaf dengan ikhlas layakya filosofi kupat.

Istilah Laku Papat diartikan oleh masyarakat Jawa sebagai empat perkara yaitu lebaran, leburan, laburan, dan luberan. Lebaran berarti usai, yang menandakan telah selesainya puasa Ramadhan. Leburan berarti habis atau melebur, menandakan momen untuk melebur dosa dengan saling memaafkan. Laburan diartikan sebagai sebuah ajakan untuk kembali membersihkan hati agar suci. Luberan berarti berbagi, memberikan sebagian harta yang kepada fakir miskin.

Tradisi Grebeg Besar di Yogyakarta (Instagram/@radarjogja).

Setiap daerah memiliki caranya tersendiri dalam merayakan lebaran ketupat. Klaten, Yogyakarta, dan Solo selalu merayakan dengan kirab gunungan ketupat dalam tradisi yang dikenal dengan Grebeg Syawal. Beberapa daerah lainnya merayakannya dengan lebih sederhana dengan menggelar “riyoyo“, tradisi memakan ketupat bersama satu desa di masjid utaman.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU