Di zaman serba digital seperti sekarang, ada saja gaya kita untuk mendapatkan foto yang keren. Mulai dari pose dua jari, dab photo, hingga kayang. Semua gaya dicoba.
Bandingkan dengan foto-foto Indonesia tempo dulu yang tak pernah menyematkan senyuman apalagi memperlihatkan giginya di setiap fotonya. Mereka hanya berpose diam tak banyak gaya.
Ternyata, diam’nya pose orang Indonesia tempo dulu ini ada maksud dan tujuannya.
Alasan pertama karena kamera zaman dahulu tak secanggih sekarang. Untuk sekali jepret saja, kamera membutuhkan waktu selama 60-90 detik untuk benar-benar merekamnya. Bayangkan jika Anda berpose kayang atau pun tertawa lebar dalam waktu 60-90 detik, apakah Anda tahan?
Selain itu, terlalu banyak gerak juga dapat menghasilkan foto yang jelek. Padahal, zaman dahulu, belum ada kamer berfitur live preview di mana jika hasil foto jelek bisa dihapus dan ulang foto lagi.
Alasan berikutnya karena zaman dahulu orang ingin terlihat berwibawa. Dulu, berpose dengan melepas tawa atau pun tersenyum dikaitkan pada orang bodoh, miskin dan pemabuk. Tak ingin terlihat konyol, mereka memilih untuk berpose diam agar selalu dikenang sebagai sosok yang berwibawa.
Tak hanya ingin terlihat berwibawa, berfoto dengan pose diam pun membantu mereka menutupi kekurangan, yaitu gigi yang rusak. Dulu, banyak orang yang giginya rusak, sedangkan salah satu caranya adalah dengan mencabut gigi. Makanya, mereka tak mau memperlihatkan kekurangan tersebut.