Bagi umat Muslim, Muharram merupakan bulan penting sebagai penanda awal dimulainya kalender Hijriah atau kalender bulan umat Muslim yang digunakan untuk memperhitungkan waktu ibadah atau hari penting lainnya.
Biasanya, dalam rangka menyambut kedatangan bulan Muharram, umat muslim dari berbagai penjuru dunia khususnya Indonesia melakukan tradisi atau pun perayaan. Salah satunya adalah Festival Pesona Hoyak Tabuik 2018 yang akan diselenggarakan di Pariaman, Sumatera Barat pada 12-16 September mendatang.
Sama seperti Festival Tabot yang diadakan di Bengkulu, acara ini diadakan guna memperingati kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali, ketika berperang di Padang Karbakala, Irak pada tanggal 10 Muharram 61 Hijriah (681 M).
Dibawa dari India, tradisi Tabuik telah diperkenalkan ke masyarakat Pariaman pada abad ke-19 dan sejak tahun 1982, event ini telah menjadi kalender wisata Kabupaten Padang Pariaman.
Tabuik sendiri diambil dari kata “tabut” yang dalam bahasa Arab berarti “peti mati”. Nama ini diambil dari legenda yang menceritakan kemunculan buraq, makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia, yang membawa peti kayu yang berisi jasad Husein kemudian terbang ke surga.
Maka dari itu, dalam setiap Festival Pesona Hoyak Tabuik , masyarakat Pariaman akan membuat replika dari buraq yang membawa tabut atau peti kayu di atasnya.
Puncak acara dari festival ini adalah ritual peringatan kematian Husein yang dibagi menjadi 7 (tujuh) tahap. Pertama, akan ada tradisi maambiak tanah atau mengambil tanah sebagai bentuk representasi bahwa manusia berasal dari tanah dan nantinya akan kembali ke tanah melalui kematian.
Hari kedua hingga hari keempat ditentukan sebagai hari tenang sebelum masa berkabung dimulai. Pada hari kelima, akan ada turun panja, atau ritual tangan yang terentang, dan mamancang batang pisang, atau memotong tangkai pisang.
Hari keenam dan ketujuh akan diikuti oleh banyak arak-arakan keliling kota dengan prosesi tabuik lenong, mengarak menara menggunakan kepala, dan maarak jari-jari, di mana tangan Husain akan dibawa keliling kota sambil menyerukan keagungan Husein.
Maarak saroban dilakukan di hari selanjutnya untuk memperingati pemenggalan Husein. Pada malam kesembilan, masyarakat akan terjaga untuk membuat tabuik yang akan diarak di hari esok.
Puncak dari prosesi ini adalah Tabuik naik Pangkek kemudian dilanjutkan dengan Hoyak Tabuik. Dalam prosesi ini, tabuik akan diarak keliling kota sebelum akhirnya dilempar ke laut sebagai simbolisasi Husein yang terbang ke surga.
Wisatawan yang datang untuk melihat prosesi peringatan kematian Husein ini terus bertambah. Pantai Gandoriah Pariaman yang selalu menjadi pusat acara selalu penuh dengan lautan manusia yang hendak melihat Tabuik yang dilempar ke laut.
Terpilihnya festival ini menjadi salah satu dari 100 Festival Unggulan Indonesia 2018 membuat pengunjung yang datang akan semakin meningkat. Jadi, segera kosongkan tanggal Anda untuk datang ke acara ini!