Singapura sepertinya tak mau menyia-nyiakan kecanggihan teknologi yang ada. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan kecanggihan robot sebagai pramusaji di restoran.
Melansir dari asiaone.com, sebuah restoran seafood di East Coast Park bernama Rong Heng Seafood Restaurant diyakini menjadi restoran pertama di Singapura yang melayani para tamu menggunakan robot. Di restoran ini, robot dipekerjakan layaknya pelayan manusia seperti menyajikan makanan dan juga mengambil piring kotor.
Robot berjalan dari dapur dan ke meja, begitu pun sebaliknya. Agar robot berjalan sesuai dengan jalur, ada strip magnetik yang ada di lantai restoran untuk memandu si robot.
Robot-robot ini tak sepenuhnya mengambil piring atau pun makanan. Mereka tetap membutuhkan bantuan manusia. Pelayan di dapur akan menempatkan piring di nampan robot, lalu menekan tombol yang tepat untuk mengirim mesin ke meja yang ditentukan. Begitu robot tiba di meja, seorang pelayan atau pelanggan akan mengambil makanan dari nampannya.
Mempekerjakan robot memang praktis, namun tentu saja biaya yang dikeluarkan tidak murah. Restoran seafood Rong Heng ini sendiri membutuhkan biaya lebih dari 14.000 USD atau sekitar Rp190 jutaan untuk masing-masing robot yang dimilikinya. Saat ini Restoran Rong Heng memiliki 3 robot pelayan.
Namun, uang yang dikeluarkan dianggap lebih hemat daripada harus mempekerjakan pelayan manusia. Dengan merekrut robot sebagai pelayan restoran, Rong Heng Seafood Restaurant bisa menghemat sepertiga biaya kebutuhan tenaga kerja. Jika Rong Heng harus mengeluarkan Rp190 jutaan untuk masing-masing robot, lain halnya dengan pelayan manusia.
Pemillik restoran Rong Heng, Zhang Zhinong mengaku harus mengeluarkan sekitar 30.000 USD atau setara Rp400 jutaan per tahun untuk pelayan manusia. Padahal, restoran ini membutuhkan 15 pelayan. Maka, dengan alasan penghematan, restoran ini pun hanya mempekerjakan 6 orang pelayan dan 3 robot pelayan.
Keuntungan lain menggunakan robot pelayan, ia tak perlu ada kenaikan gaji, bonus, atau kesejahteraan. Robot pun tak perlu cuti sakit atau cuti tahunan. Robot bisa bekerja kapan pun. Meski robot dianggap lebih efisien, tapi biaya perawatan robot tidaklah murah. Robot pelayan ini harus dirawat satu minggu sekali.
Namun, di sisi lain, kehadiran para robot ini mampu menarik perhatian pengunjung. Mereka pun terlihat antusias ingin berinteraksi dengan robot. Tak heran, ada saja pengunjung yang ingin menyentuh si robot.
Saat ini, robot hanya berbicara bahasa Mandarin tetapi dia melihat bagaimana cara mereka menangani bahasa Inggris juga.