Desa Panglipuran merupakan kawasan desa adat yang berlokasi di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Masyarakat Desa Panglipuran menganut konsep ‘Tri Hita Kirana’ dalam hal arsitektur bangunan dan pengolahan lahan. ‘Tri Hita Kirana‘ secara bahasa memiliki makna ‘Tiga Penyebab Terciptanya Kebahagiaan‘ yang menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan yakni hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan Tuhan.
Konsep kosmologi Tri Hita Kirana inilah yang kemudian terus melestarikan keanekaragam budaya dan lingkungan di Desa Panglipuran ditengah hantaman globalisasi dan homogenisasi dunia modern. Prinsip pelaksanaan konsep ini harus seimbang dan selaras sehingga akan terhindar dari berbagai tindakan buruk. Apabila keseimbangan telah tercapai maka akan diperoleh ketentraman serta kedamaian dalam hidup.
Masyarakat Desa Panglipuran percaya bahwa mereka berasal dari Desa Bayung Gede, sehingga tak heran jika terdapat kesamaan peraturan tradisional dan struktur bangunan antara kedua desa ini. Pada zaman Kerajaan Bangli, Raja Bangli I Dewa Gede Putu Tangkeban III memanggil masyarakat Desa Bayung Gede untuk datang ke istana. Namun karena jarak yang sangat jauh, Raja Bangli memberikan tempat peristirahatan sementara yang dikenal dengan Kubu Bayung. Lama-kelamaan Kubu Bayung berubah menjadi area pemukiman warga yang kemudian bernama Desa Panglipuran.
Terdapat dua pendapat berbeda terkait asal-muasal dan makna Desa Panglipuran. Pendapat pertama menyatakan bahwa Panglipuran berasal dari kata ‘Pangeling Pura’ yang bermakna ingat tempat leluhur. Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa Panglipuran berasal dari kata ‘pelipur’ dan ‘lipur’ yang berarti tempat untuk penghiburan. Pendapat kedua ini didasarkan atas kebiasaan Raja Bangli yang sering mengunjungi desa ini untuk bermeditasi dan bersantai.
Sejak awal tahun 2016 yang lalu, Desa Panglipuran di Pulau Bali bersama dua desa lainnya yaitu Desa Giethoorn Belanda dan Desa Mawlynnong India dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia. Anda yang berkunjung ke tempat ini dipastikan akan keheranan karena lingkungan desa yang sangat bersih tanpa sepucuk sampah dan nirpolusi.
Berkat konsep kosmologi Tri Hita Karana yang dipegang teguh dan dijalankan secara sadar oleh masyarakat, Desa Panglipuran menjadi desa yang bebas dari sampah dan polusi. Terdapat peraturan desa yang disebut dengan awig-awig untuk mengatur persoalan kebersihan desa. Dalam awig-awig tersebut diatur secara rinci terkait kewajiban setiap warga untuk menjaga lingkungan, kebersihan, keasrian, dan keindahan Desa Panglipuran.
