Cerita Traveler Tentang Naiknya Kurs Dollar

Efek naiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah berdampak di semua elemen, termasuk bagi para traveler.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Foto oleh Menetekel

Minggu ini adalah minggu penuh keluh kesah.

Orang-orang yang pada awalnya sangat jarang mencurahkan isi hatinya pada saya mendadak menelpon bergiliran mencurahkan ceritanya.

Suatu pagi saat saya memanaskan motor dengan muka masih lusuh baru bangun tidur, Iwan, salah satu kawan yang bekerja di media nasional ini menelpon.

Bekerja di media membuatnya jarang mendapat cuti. Karena itu saat berhasil mengajukan cuti dia berencana berlibur ke Thailand untuk melepas penat.

Namun semua rencananya harus batal karena naiknya nilai tukar Dollar Amerika terhadap rupiah. Dia bercerita, setelah diperhitungkan ulang dengan kurs saat ini, biaya perjalanannya membengkak menjadi 30% dari perencanaan biaya sebelumnya. Paling terasa adalah biaya hotel dan segala macam akomodasi di sana menjadi jauh lebih mahal dari hitungan semula. Belum termasuk biaya cadangan untuk berjaga-jaga.

‘Aku mau ke Derawan aja mungkin, katanya ubur-ubur disana keren,mau ikut nggak nih?,’ dia menawari. Karena masih banyak pekerjaan yang menumpuk saya terpaksa menolak tawarannya meski Derawan terdengar sangat menggiurkan.

Beda dengan Lina, kawanku seorang pengusaha tas yang hobi melancong ke Eropa. Meski rencananya ke Swiss harus batal karena naiknya nilai tukar Dollar membuat anggaran travelingnya membengkak dia menanggapi dengan lebih santai. Sore itu saat menikmati kopi di kantor setelah pembicaraan alot dengan klien, dia tiba-tiba menelpon.

‘Swiss harus bersabar menungguku,’ dia berkata dengan santainya sembari tertawa.

Saat ditanya mengapa dia tak kesal dia menjawab lugas.

‘Ketidakpastian itu bumbu traveling. Aku menikmatinya. Tak bisa traveling bukan akhir, aku justru jadi bisa menabung lebih banyak untuk mempersiapkan tambahan destinasi yang dituju.’

Saya tertawa. Traveler veteran memang beda. Lina mulai traveling sejak awal kuliah, semua dengan biaya sendiri, tak pernah meminta pada orang tua.

‘Jadi, apa kau mau ikut nanti? Masih ada waktu menabung,kalau kurang nanti kita share cost,’ Dan lagi-lagi saya terpaksa melewatkan tawaran menggiurkan. Ada banyak keperluan yang harus segera saya selesaikan, tak nikmat rasanya traveling dengan menyisakan beban pekerjaan.

Minggu ini minggu penuh keluh kesah. Bagi para kawan-kawan traveler yang membatalkan perjalanan, dan bagi saya yang harus melewatkan kesempatan liburan seru karena alasan pekerjaan.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU