Bulan Madu ke Pulau Komodo? Siapa Takut!

Bulan madu ke Pulau Komodo? Destinasi epik yang nggak hanya romantis

SHARE :

Ditulis Oleh: Tri Wahyuningsih

Bulan madu di Pulau Komodo meninggalkan kesan yang mendalam di memori otak saya

Saya dan suami awalnya merencakan bulan madu ke Danau Toba, tetapi karena beberapa pertimbangan akhirnya kami beralih ke Pulau Komodo. Kenapa memilih Pulau Komodo? Bukan tempat-tempat romantis seperti Bali, Lombok atau Jogja – sekalian napak tilas film AADC 2?

Alasannya simpel saja, pertama karena hanya di Pulau Komodo lah kami bisa bertemu secara langsung dengan satu-satunya kadal jaman purba yang masih hidup sampai hari ini dan kedua karena kami ingin “cuti panjang” kami digunakan secara maksimal. Kalau tempat dan suasana romantis kan bisa diciptakan, tetapi jatah cuti panjang untuk pekerja seperti saya dan suami cukup sulit didapatkan.

1. Menginap di Sunset Hill, Hotel dengan View Balkon yang Cantik

Pemandangan dari dalam kamar hotel. Foto oleh penulis

Ada beberapa hotel yang direkomendasikan tour leader kami untuk tempat menginap di Labuan Bajo sebelum sailing trip di Kepulauan Komodo, tetapi saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan view hotel Sunset Hill yang saya dapatkan dari hasil googling berhari-hari.

Meskipun suami kurang setuju, tetapi saya keukeuh untuk menginap disini. Memang lokasinya agak jauh dari pusat kota yang notabene menjadi pusat kuliner di Labuan Bajo, tetapi keindahan yang akan didapatkan dengan hanya berdiri di balkon kamar kami yang berada di lantai dua sudah cukup memanjakan mata.

Bahkan bila ingin bermalasan di atas ranjang pun, ketika pintu sekat balkon dibuka akan langsung tersaji pemandangan pulau dan bukit-bukit kecil kehijauan di atas air laut yang biru. Seperti sebuah lukisan yang nyata.

2. Komodo, Sang Legenda Penguasa Pulau Rinca

Bersama komodo! Foto oleh penulis

Hari pertama sailing trip kami berlabuh di Pulau Rinca, salah satu bagian dari gugusan Kepulauan Komodo yang letaknya paling dekat dengan Labuan Bajo.

Pulau ini memang lebih kecil dibandingkan dengan Pulau Komodo, tetapi jangan khawatir karena di Pulau ini pun kami sempat bertemu dengan Sang Penguasa Pulau meskipun jumlahnya lebih sedikit.

Guide yang menemani kami selalu berpesan agar kami jangan lengah dan jangan sekali-kali memisahkan diri dari rombongan, karena Komodo memang hewan buas yang berbahaya. Meskipun yang saya lihat hewan purba itu tampak malas-malasan saat bergerak dan berjalan, seperti sengaja berpura-pura lelah atau memang ia terbebani dengan bobot badannya yang besar. Entahlah.

3. Pertarungan Komodo

Pulau Rinca. Foto oleh penulis

Di Pulau Komodo, kami menemukan gerombolan hewan purba ini dengan jumlah yang jauh lebih banyak daripada di Pulau Rinca. Kami juga cukup beruntung karena sempat menyaksikan langsung dua ekor komodo yang sedang bertarung.

Saya baru tahu kalau tubuh mereka bisa sampai berdiri tegak ketika saling menyerang Suami saya sempat mengabadikan momen langka itu dengan video di ponselnya, tetap dengan hati-hati dan dari jarak aman tentunya karena Komodo ini termasuk hewan yang sensitif.

Jadi jangan pernah membuat gerakan yang tiba-tiba apalagi ingin mencoba-coba memegang tubuhnya. Kalau sampai amarahnya terpancing bisa pulang hanya tinggal nama saja alias jadi santapan makan siangnya.

4. Kemolekan Pulau Padar dengan Trekking-nya yang Penuh Perjuangan

Indahnya Pulau Padar! Foto oleh penulis

Siapa yang tidak kenal Pulau Padar? Pulau paling tenar setelah Pulau Komodo ini memang memiliki keelokan yang tidak perlu dipertanyakan. Padahal dulu, menurut kapten kapal kami, pulau ini hanyalah teluk tempat nelayan menjemur ikan hasil tangkapannya yang kadang tidak sampai dijual sebagai ikan asin karena sudah lebih dulu dilahap oleh Komodo yang tinggal disana.

Sekarang pulau dengan tiga teluk ini menjadi salah satu background foto incaran wisatawan, termasuk kami. Biarpun trekking-nya cukup menguras energi, tetapi begitu sampai di puncak semuanya terbayar lunas. Hamparan teluk dengan lengkung eksotis di naungi bukit-bukit batu berwarna cokelat yang terpahat asimetris, inilah salah satu potongan surga-Nya di bumi Indonesia.

5. Gili Lawa, Ketika Senja Menjadi Begitu Berwarna

Senja menjingga di Gili Labak. Foto oleh penulis

Mungkin Gili Lawa belum se-eksis pulau lain di Kepulauan Komodo, suami saya pun ogah-ogahan untuk ikut trekking ke puncak Gili Lawa Besar. Tetapi karena saya ngotot akan tetap pergi meskipun sendirian, akhirnya dia ikut juga.

Kami sampai di puncak tepat ketika bola merah mentari tergelincir di ufuk barat. Birunya lautan di bawah kaki kami perlahan berubah warna menjadi biru magenta kemudian jingga. Langit yang tadi kemerahan mulai dihiasi corak kuning emas dan ungu. Senja yang penuh warna menghipnotis kami seketika. Inilah mahakarya Tuhan yang begitu sempurna.

***

Bulan madu di Pulau Komodo meninggalkan kesan yang mendalam di memori otak saya. Bukan sekadar suasana romantis saat menikmati matahari terbenam, tetapi banyak keseruan lain selama kami berlayar di atas kapal dari satu pulau ke pulau lain dan pastinya saat kami bertemu langsung dengan si Komodo.

Kami juga puas bermain dengan lembutnya pasir pink dan menyaksikan Manta yang berenang mendekati kapal kami ketika berlabuh di Gili Lawa. Jadi, bulan madu anti mainstream ke Pulau Komodo? Siapa Takut!

Baca juga artikel menarik tentang Pulau Komodo di sini;

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU