Bukan di Jawa, Pernikahan Paling Lama Dilakukan oleh Peranakan Singapura

Menariknya, selama 14 hari itu, tempat tidur akan dihias sedemikian rupa layaknya raja dan ratu dengan hiasan kain yang dijahir dan dipigura. Kain hiasan biasanya dijahit langsung oleh mempelai wanita. 

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Banyak yang bilang menikah dengan adat Jawa itu memakan waktu. Ritual dan adatnya bisa menghabiskan beberapa hari. Namun, tahukah Anda ternyata pernikahan adat Jawa ternyata tak ada apa-apanya dibandingkan adat Peranakan Singapura karena di sana mereka melakukan ritual pernikahan selama 14 hari.

Tak semua orang Singapura yang melakukan adat ini, hanya merekalah para Peranakan Singapura yang melakukannya. Yakni mereka para keturunan China Eropa karena diketahui kultur ini memadukan adat China dan Eropa.

Baca juga: Warna-Warni Gedung Pemerintahan Singapura, Unik dan Instagenik!

Ilustrasi Pernikahan Peranakan. Foto/theweddingscoop.com

Dilansir dari detik, saat pernikahan dilangsungkan, perta digelar habis-habisan. Pesta pernikahan akan digelar selama 14 hari. Namun pesta tak gelar setiap hari. Pesta hanya digelar hanya di hari-hari tertentu saja, misalnya hari pertama, ketiga, kelima, dan seterusnya.

Hari tanpa pesta akan digunakan untuk istirahat. Tujuannya agar pengantin dan keluarga tidak sakit saat pesta berlangsung. Menariknya, selama 14 hari itu, tempat tidur akan dihias sedemikian rupa layaknya raja dan ratu dengan hiasan kain yang dijahir dan dipigura. Kain hiasan biasanya dijahit langsung oleh mempelai wanita.

Pesta diadakan meriah. Foto/theweddingscoop.com

Selain melakukan pesta pernikahan paling lama, para peranakan Singapura juga harus melakukan beragam ritual lainnya.

Mereka yang lahir di keluarga peranakan harus belajar tatakrama layaknya bangsa Eropa. Bicara bahasa Inggris bukan mandarin dan makan dengan sendok garpu bukan sumpit. Kultur ini penting bagi anak perempuan di keluarga peranakan yang sering disebut Nonya.

Nonya juga harus punya keahlian, wajib hukumnya memiliki kemampuan menjahit dan diperkenalkan dengan sirih sejak usia belia.

Baca juga: Tradisi Bomena Bhutan, ‘Mencuri Gadis Idaman’ di Tengah Malam

Sayangnya, pesta pernikahan paling lama ini sudah mulai ditinggalkan oleh Peranakan Singapura terkait mahalnya biaya serta cuti yang terlalu panjang, yakni 14 hari.

The Intan. Foto/the-intan.com

Dilansir dari detik, para Peranakan Singapura ini kini tinggal di The Intan di kawasan Joo Chiat. Jika Anda tertarik untuk masuk ke kawasan kaum persilangan Eropa dan China ini Anda harus membayar sebesar 60 SGD atau sekitar Rp 600.000 per orang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU