Pasang Surut Kehidupan Thomas Cook, Sang Agen Travel Pertama di Dunia

Agen travel kini telah menjamur di mana-mana. Tapi, tahukah kalian siapa pencetus bisnis cermerlang ini? Simak artikel ini.

SHARE :

Ditulis Oleh: Noor Adha Satrio H

Pada tahun 1750 hingga 1850 terjadi titik balik besar dalam sejarah dunia yang memunculkan perubahan total dalam sejarah peradaban manusia. Adalah revolusi industri di Britania Raya yang mengubah secara masif kondisi di beberapa sektor seperti pertanian, manufaktur, pertambangan, teknologi, dan transportasi.

Saat itu tercipta mesin-mesin uap yang  merupakan manuver awal peradaban modern manusia. Manuver itu ditandai oleh penemuan teknologi alat pemintal, mesin tenun, mesin uap, dan sebagainya dengan tujuan untuk mendorong peningkatan hasil produksi.

Para pekerja pada era revolusi industri di Inggris. Sumber

Dengan ditemukannya mesin uap, maka terjadi metamorfosis pada moda transportasi manusia seperti salah satunya yang William Murdoch ciptakan yaitu kereta api.

Perjalanan, dengan motivasi apapun, menjadi lebih singkat untuk ditempuh. Dibandingkan dengan era awal hadirnya alat transportasi, kini kita dengan mudah mampu pergi ke mana pun yang kita inginkan.

Salah satu kemudahan melakukan traveling di era ini adalah mudahnya kita melakukan pemesanan paket liburan melalui agen-agen travel.

Berbicara tentang agen travel, pernahkah kalian terbesit pikiran tentang siapakah pemrakarsa adanya jasa ini? Ia adalah sosok yang sejak berumur 10 tahun, sudah bekerja banting tulang untuk keluarganya. Dialah sang inisiator adanya agen travel pertama di dunia. Ini ulasan kami:

Si Pekerja Keras dan Pembenci Minuman Keras

Thomas Cook.

Di desa kecil bernama Melbourne, Kota Derbyshire, Inggris, tanggal 22 November 1808, lahirlah Thomas Cook.

Thomas Cook tumbuh besar ditempa kerasnya dunia. Ayahnya meninggal waktu ia masih sangat muda, dan ia hidup bersama dengan ibunya yang telah diceraikan dari ayah barunya. Cook juga merupakan anak dari kaum kelas pekerja, yang lahir di kawasan kelas pekerja, dan memenuhi kebutuhan dengan terus bekerja.

Untuk mendongkrak kondisi keuangan keluarga, ia tidak melanjutkan sekolahnya pada umur 10 tahun. Di masa-masa ini, ia gigih mencari pemasukan keluarga yang diperolehnya dengan menjaga lilin dan minyak pada suatu daerah gelap dan lembab yang jaraknya bermil-mil jauhnya dan ia tempuh dengan berjalan kaki setiap hari.

Pada masa mudanya, ia juga bekerja serabutan, apa pun dikerjakannya selama apa yang dilakukannya dapat meringankan beban keluarga. Si pekerja keras ini pernah bekerja sebagai pendeta Baptis, tukang kayu, pembuat perabotan, penerbit, advokat politik, dan lain-lain.

Hal yang pada masa itu menjadi ‘tren’ di kalangan para pekerja kasar yaitu menenggak alkohol sebagai pelarian akan masalah kehidupan.

Namun Cook merasa minum-minuman keras samasekali bukan solusi. Pada umur yang masih setahun jagung, Cook sudah melihat betapa buruknya pengaruh minuman keras dan sejak saat itu ia percaya bahwa alkohol adalah akar dari segala permasalahan sosial di Era Victoria (era di bawah kekuasaan ratu Victoria). Kebenciannya ini makin bertumbuh seiring berjalannya waktu dan setelahnya ia terus mendukung gerakan pantang minuman keras di Inggris hingga akhir hidupnya.

Berawal dari kemuakannya terhadap minuman keras, pada 1841 ia mengatur sebuah perjalanan yang mengangkut orang-orang dari Leicester ke Loughborough untuk mendatangi pertemuan gerakan pantang minuman keras itu. Ia mematok biaya 1 shilling (kira-kira di bawah Rp 15 ribu) per orang dengan fasilitas tiket kereta api, penampilan musik, afternoon tea, dan makanan. Tak disangka, kemungkinan besar karena harga yang murah, penumpang membeludak hingga mencapai angka fantastis yang tak Cook duga, 500 orang!

Kelahiran Thomas Cook & Son

Rombongan pelancong di depan kantor Thomas Cook & Son. 

Pada 1845, Cook dengan jeli mampu melihat peluang besar di depan matanya. Bila sebelumnya perjalanan yang diaturnya merupakan niatan apik Cook dalam menggerus kebiasaan buruk meminum alkohol, kini ia menemukan ’emas’ dalam upayanya itu. Bersama anak laki-lakinya, John Mason Cook, Thomas Cook secara resmi mendirikan Thomas Cook & Son.

Mereka memulai penawaran perjalanan dari Inggris ke Skotlandia, karenabagi Cook negara tersebut sangat memikat hati. Sementara bagi masyarakat kala itu, tawaran pelancongan ke negeri tetangga itu merupakan kali pertama perjalanan ke luar negeri dan terjauh menggunakan kereta api.

Hingga tahun 1851, bisnis sang penggagas agen travel ini terus tumbuh. Selama 6 bulan, ia mendapat kesempatan dari pemerintah untuk mengatur akomodasi antar provinsi bagi warga Inggris yang ingin mengunjungi London untuk menikmati pertunjukkan orkestra yang menampilkan Prince Albert. Pada waktu ini pula, 150.000 orang diangkutnya ke sana ke mari dan inisiatif Cook ini tercatat dalam sejarah Inggris sebagai peristiwa pertama pemindahan penduduk dalam skala nasional paling besar. Sejak saat itu juga, para kaum kelas pekerja di Inggris tidak lagi terkungkung dalam radius 20 mil dari rumahnya, mereka dapat pergi melampaui jarak itu.   

Pada awalnya Cook hanya menargetkan para kaum pekerja sebagai pelanggannya, namun seiring sayap bisnisnya yang kian merentang, banyak kalangan kelas menengah, kaum bangsawan, militer, dan para sosok penting lainnya tertarik untuk diangkutnya juga.

Yang tak kalah menarik adalah kepeduliannya terhadap perempuan. Pada zamannya, perempuan di Inggris tidak berani bepergian jauh sendirian karena kekhawatiran mereka akan kejadian tidak menyenangkan di kereta api seperti perampokan, pencurian, dan lain-lain. Namun, Cook menjamin kejadian seperti itu tidak akan terjadi di kereta apinya. Intinya, Cook sangat memperhatikan kenyamanan pelanggannya dengan penjagaan ketat yang tentunya tidak menganggu pelanggannya pula.

Eropa, Amerika Utara, Asia, dan berbagai belahan dunia di sekitarnya telah ditapaki oleh warga Inggris berkat travel agen Cook.

Tidak hanya kereta api sebagai moda transportasi yang ditawarkannya, namun kapal pesiar pun akhirnya disediakan oleh Cook sebagai transportasi perjalanan para pelanggan.

Thomas Cook pernah bercerita, dari berbagai tempat yang telah disambanginya, baginya, tidak ada perjalanan yang lebih suci ketimbang turnya ke Mesir dan Timur Tengah. Di sini sang pionir agen travel merasakan pertama kalinya tanah kudus yang biasanya hanya ia baca di kitab sucinya dan hanya ia khotbahkan pada para jemaat. Menghabiskan waktu di tanah sucinya merupakan ambisi dan mimpi terbesar seorang Thomas Cook kala muda, maka dari itu perjalanan ke negeri ini begitu berkesan baginya.

Akhir hayat bapak agen travel dunia

Walaupun Thomas Cook & Son telah menjadi agen travel terbesar di dunia, namun orang-orang tidak mengetahui kepelikan lain di luar masa kecil Thomas Cook yang telah diceritakan di atas. Selain John Mason Cook, ia memiliki anak perempuan yang sangat ia sayangi bernama Annie. Namun pada saat sedang merintis bisnisnya, Cook dihadapkan pada kesedihan yang amat mendalam akibat meninggalnya Annie. Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula, istrinya sangat tak merelakan kepergian anak perempuannya itu dan pada akhirnya sang istri sakit, kemudian menyusul kepergian anaknya. Di waktu ini pula, Cook mengalami gagal jantung yang membuatnya hampir mengalami kebutaan total.

Beberapa tahun setelahnya, masalah masih menimpanya. Hubungan dengan anak lelaki satu-satunya itu mengalami ketegangan. Sang ayah merasa dipojokkan pada bisnis yang dirintisnya itu oleh anaknya. Kehendak sang putra yang ingin mengambil alih keseluruhan bisnis ayahnya itu menyebabkan keduanya mengalami “perang dingin.”

Di saat kesehatannya yang mulai menurun juga penglihatannya yang kian memburuk, Cook masih sempat kembali aktif melakukan gerakan pantang minuman keras. Hingga pada 18 Juli 1892, sang penggagas agen travel akhirnya menyudahi “perjalanannya.”  

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU