Beberapa waktu lalu, publik internasional dikagetkan dengan adanya retakan di Kenya yang membelah tanah. Retakan tersebut muncul di Nairobi.
Retakan tanah dengan ukuran yang tak wajar dan muncul secara misterius tersebut membuat banyak orang bertanya-tanya. Bahkan, warga setempat pun heran melihat fenomena alam tak wajar ini.
Akibat retakan tersebut, jalan Mai Mahiu-Narok yang terletak di bagian barat Nairobi, Kenya terbelah. Pantaslah warga setempat gempar.
Yang mengerikan, retakan di Kenya tersebut berlangsung dengan cepat.
Dilansir dari Reuters.com, seorang warga bernama Eliud Njoroge Mbugua melihat retakan itu menembus rumahnya. Dia hanya mampu mengumpulkan beberapa barang sebelum rumahnya ambruk.
Melansir dari DailyNation, retakan tanah tersebut berkedalaman 50 meter dengan lebar mencapai 65 kaki.
Ternyata, retakan di Kenya tersebut berasal dari patahan di lempeng Afrika yang sudah berlangsung dalam kurun waktu lama sekitar 30 tahun lamanya dan mencakup wilayah yang luas.
Patahan tersebut dikenal dengan nama ‘East African Rift’ yang membentang 3000 km dari Teluk Aden di bagian utara Afrika hingga di bagian selatan Afrika, Zimbabwe.
Mengutip dari DailyNation, ahli geologi David Adede menyebutkan bahwa patahan yang terjadi di dasar lembah tersebut mengalami proses geologi paling aktif di mana dulunya di sana terjadi aktivitas tektonik gunung berapi.
Selama bertahun-tahun lamanya, garis patahan dan celah terbentuk dari aktivitas tektonik gunung berapi. Ruang yang tercipta dari patahan tersebut diisi oleh abu vulkanik yang kemungkinan berasal dari Mt. Longonot, gunung terdekat di kawasan Nairobi.
Keadaan tersebut makin diperburuk dengan tingginya curah hujan yang terjadi di Nairobi beberapa waktu lalu. Air hujan yang mengguyur menyapu abu, kemudian terciptalah retakan tersebut.
Akibat dari munculnya retakan ini, empat negara besar di Afrika seperti Somalia, beberapa wilayah Ethiopia, Kenya, dan Tanzania diperkirakan akan terpisah dari Afrika dan membentuk benua baru dalam waktu 50 juta tahun di mana banyak orang menyebutnya dengan Lempeng Somalia.
Fenomena seperti ini pun dulunya pernah terjadi, ketika terjadi patahan tektonik Samudera Atlantik yang memisahkan Amerika Selatan dan Afrika pada 138 juta tahun lalu.