Menyenangkan ketika kita bisa melakukan perjalanan ke tempat impian, meski kenyataanya tak semudah itu untuk melakukan hal tersebut.
Terkadang ada beberapa halangan, seperti masalah dana, tak adanya waktu, dan sebuah masalah bagi saya : ukuran badan.
Saya memiliki berat badan yang lebih dari kebanyakan orang.
Terkadang saya merasa minder jika diajak melakukan perjalanan, terlebih saat diajak mendaki gunung.
‘Puncak gunung sangat indah, matahari terbitnya luar biasa, kamu juga bisa bertemu banyak teman baru saat mendaki.’ Ya, saya tahu hal itu.
Saya pikir, siapapun pasti ingin merasakan nikmatnya sebuah pendakian.
Tapi, tak semudah itu, terutama bagi beberapa orang seperti saya.
Dulu, saya sering berbohong pada diri sendiri, dan juga pada orang lain. Saya sering menolak ajakan teman untuk bepergian. Bukan tanpa alasan saya menolaknya. Saya hanya takut merepotkan teman. Saya takut tidak kuat berjalan sampai puncak atau malah pingsan diperjalanan padahal belum sampai tujuan.
Saya bisa membayangkan betapa repotnya teman-teman saya nanti jika saya pingsan.
Itu semua hanya masa lalu.
Saya memang gendut dan sampai sekarangpun masih tetap gendut, tapi saya berhasil membuktikan bahwa ketakutan-ketakutan itu bukanlah momok yang harus ditakutkan, walaupupun memang jika dibayangkan akan sangat menakutkan.
Saat itu gunung yang saya daki adalah Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Dengan momok yang seabreg tadi, saya mencoba untuk menghilangkan satu persatu ketakutan-ketakutan saya.
Awalnya saya sempat ragu ikut pendakian, karena pasti sangat merepotkan, jalan pelan, dan entah banyak sekali hal yang saya pikirkan.
Saya tarik nafas dalam-dalam. Menenangkan diri sejenak. Saya mantapkan hati untuk melakukan pendakian ini. Bagi kalian mungkin saya berlebihan, tapi percayalah, dengan ukuran tubuh saya, hal semacam ini bukan pilihan mudah!
Tidak ada salahnya untuk melakukan suatu hal baru dalam hidup saya dengan ukuran badan saya diatas normal ini.
Hasilnya?
Pendakian pertama dan puncak pertama. Ini luar biasa! Kamu harus mencobanya!
Akhirnya saya bisa merasakan dan membuktikan sendiri semua hal yang selama ini hanya saya dengar dari teman-teman yang hobi mendaki.
Selama ini ternyata saya berpikir sempit, seolah saya akan mendaki gunung seorang diri. Selama pendakian Merbabu, selalu ada tangan-tangan dan seruan yang terus menyemangati dan memberi energi tambahan untuk tak menyerah.
Sebuah kekuatan ‘kebersamaan’ saat pendakian menghilangkan kata “gendut” pada diri saya. Semua sama, semua capai, semua berisitirahat, semua terkapar lelah sambil tertawa puas, semua ukuran manusia mendapatkan perlakuan yang sama saat pendakian.
Perlahan saya berhasil menghilangkan kekhawatiran tentang ukuran tubuh.
Perjuangan untuk mencapai hal itu mungkin tak mudah, tapi bukan tak mungkin untuk dilakukan.
Ada beberapa hal yang saya lakukan tiap sebelum mendaki.
Saya berusaha menghilangkan kecemasan soal : ” akan merepotkan, fisik yang lemah ataupun soal makanan”.
Jalan selalu terbuka bagi orang bertekad baja
Saya tak membiarkan pikiran negatif menguasai saya.
Semakin saya memikirkan soal merepotkan, soal fisik dan soal hal tidak penting yang saya buat-buat sendiri dipikiran saya, hal itu membuat saya semakin terpuruk dan akhirnya malah membuat teman-teman mendaki saya khawatir.
Saya beryukur memiliki rekan pendakian yang begitu baik. Lelucon dan candaan mereka disepanjang perjalanan membuat saya bersemangat dan melupakan pikiran-pikiran tidak penting.
Teruslah melangkah, banyak hal yang mesti dinikmati disepanjang perjalanan.
Persiapan fisik merupakan suatu hal yang sangat penting. Sepele tapi sangat berpengaruh bagi tubuh dan pernapasan. Persiapan fisik yang saya lakukan adalah joging minimal 2 kali seminggu sebelum pendakian.
Saya membawa logistik secukupnya, mengenyangkan dan juga memiliki nutrisi yang cukup untuk tubuh. Hindari membawa makanan instan yang justru membuat tak-berenergi.
Saya tak pernah melupakan gula merah, karena sangat efektif meningkatkan stamina saat energi mulai melemah. Selain itu saya lebih suka membawa buah, sayur, telur dan beras yang saya kemas didalam nasting daripada membawa mie-instan, walaupun sedikit ribet tapi lebih memberikan energi daripada mie-instan.
Selain gula merah, cokelat dapat menjadi alternatif.
Saat mendaki, jangan sampai salah memilih pakaian. Pakailah pakaian yang longgar, usahakan bahan non¬jeans karena memperlambat berjalan.
Selain itu saya selalu memilih bahan yang mudah kering jika terkena hujan.
Kala itu, saat pendakian Semeru, saya memakai celana jeans. Dan setelahnya, saya benar-benar kapok menggunakan jeans untuk pendakian.
Sangat tidak nyaman untuk berjalan dan peredaran darah sekitar kaki tidak lancar sehingga mengakibatkan kram.
Setiap pendakian memang lumayan menguras energi, hingga ada titik dimana akan terasa sangat melelahkan.
Pada saat itu, hanya ada 2 hal yang bisa dilakukan. Berhenti atau tetap melanjutkan pendakian.
Saat lelah yang amat sangat saya rasakan, saya berpikir dan terus mengulangnya dalam hati,’saya hanya perlu istirahat, isi energi lalu lanjutkan, saya belum melihat negeri diatas awan bukan?’
***
Jadi, untuk kalian yang masih takut untuk melakukan pendakian di gunung dengan berat badan diatas rata-rata jangan takut untuk melangkahkan kakimu ke tempat tinggi. Melangkahlah pelan-pelan, tak perlu terburu-buru. Nikmati, jangan berpikir menaklukan alam, taklukan diri sendiri.
Buatlah pengalaman yang tidak bisa dilupakan dengan ukuran tubuhmu yang orang bilang “menghalangi perjalananmu”, jangan dengar kata-kata negatif dari orang lain.
Nobody known you, if you dont try ,show it. Don’t worry about your size