Banyak pendaki pemula yang mengaku sangat minder dengan berbagai alasan dalam diri mereka. Apalagi ketika harus menyebutkan seberapa banyak gunung yang pernah mereka daki. Menurut saya sih ini bukanlah hal yang penting untuk mengukur dia pendaki sejati atau bukan.
Menurutmu, jumlah gunung yang pernah Kamu daki itu penting apa tidak sih? Menurutmu, apa yang bisa dibanggakan dari banyak gunung yang pernah Kamu daki? Saya juga akan bingung jika harus menjawab hal-hal semacam ini.
Tapi menurut fakta, jumlah akan selalu kalah dengan kualitas. Jadi, menurut saya sebanyak apapun gunung yang Kamu daki itu tidak menjamin kualitasmu sebagai ‘pencinta alam’ lebih baik dibanding mereka yang belum banyak mendaki gunung,
Iya, kebanyakan orang memeang mengukur kecakapan mendaki itu dari seberapa banyak gunung yang mereka daki. Tapi, apa untungnya bagi alam jika mereka para pecinta gunung ini kerjanya hanya nyampah dimana-mana saat mendaki? Alam yang indah akan segera penuh dengan sampah lalu anak cucu kita tidak akan pernah bisa melihat keindahannya. Tidak ada yang akan mau jika disuruh untuk memilih ini bukan?
Semua orang tidak ingin akhir yang tragis, alam harus terus dijaga agar tetap asri dengan populasi yang terus bertambah. Bukan berkurang, apalagi musnah. Kamu tak perlu malu menjadi salah satu pendaki yang jarang mendaki, yang penting Kamu dalam golongan orang yang selalu mencintai alam, itu sudah cukup untuk membuat hidupmu berarti, kok.
Menurut saya sih tidak perlu gembar-gembor ajakan mendaki, tidak semua orang punya kualitas diri untuk berbuat kebaikan kepada alam. Yang sebaiknya di gembar-gemborkan itu soal cara menjaga alam, bukan berbondong-bondong berburu keindahan, menginjak-injak tanaman, meninggalkan sampah sembarangan, membunuh habitat para penghuni gunung tanpa ampun.
Lalu siapa yang akan disalahkan jika sudah seperti ini? Kamu yang jarang naik gunung pasti juga akan ikut disalahkan dalam masalah ini bukan? Atas nama kerusakan alam, lalu untuk apa pamer jumlah gunung yang Kamu daki? Tidak penting bukan?
Baca juga: Ini yang Harus Anda Lakukan Jika Seluruh Gunung di Indonesia Ditutup Untuk Aktivitas Pendakian
Setiap orang memiliki tujuannya masing-masing saat memutuskan untuk mendaki gunung. Bagi saya, mendaki haruslah memiliki tujuan, lalu untuk apa mendaki kemana-mana tapi tak pernah ada tujuan dari perjalanan panjang menerjang panas dan hujan saat mendaki.
Apa yang Kamu lakukan hanya akan menjadi percuma ketika Kamu tidak tahu apa sebenarnya tujuanmu mendaki. Yang jelas, selfie atau ikut-ikutan itu bukan sebuah tujuan. Jangan sampai Kamu hanya ingin ikut-ikutan teman-teman mendakimu, kamu akan menyesal karena Kamu hanya akan mendapati kaki yang pegal dan perut lapar.
Coba renungkan lagi, tujuanmu mendaki itu apa. Tidak masalah Kamu hanya mendaki di beberapa gunung, yang pasti tujuanmu selama mendaki itu tujuan yang jelas-jelas bukan hanya untuk selfie.
Inti dari ‘apa yang sudah Kamu lakukan’ sebenarnya adalah berawal dari tujuan Kamu mendaki. Jangan bingung ketika saya membahas poin ini. Jangan terlalu baper dan sedih jika Kamu belum sempat berbuat apa-apa selama sejarah pendakianmu. Melangkahlah kedepan dan perbaiki diri menjadi pendaki yang lebih dewasa, buatlah sesuatu yang lebih bermakna dalam dunia pendakianmu.
Jika selama ini mendaki hanya untuk hura-hura bersama teman, atau selfie ramai-ramai, maklumilah dirimu, manusia memang tempat khilaf. Bayi juga belajar untuk berjalan, Kamu tak perlu galau memikirkan apa yang sudah Kamu lakukan kepada alam selama ini. Belajarlah pelan-pelan mencintai alam, maka Kamu akan tahu apa yang seharusnya Kamu lakukan selama ini.
At last, Kamu tak perlu minder menjadi pendaki yang memiliki koleksi gunung yang sedikit selama kehidupan mendakimu. Jangan membuat perenungan bahwa kamu bukan anak gunung sejati, Kamu bukan anak gunung kekinian, atau Kamu bukan anak gunung yang kurang wawasan. Ukuran pendaki sejati itu bukan hanya tentang seberapa banyak gunung yang Kamu daki, tapi seberapa besar kecintaanmu kepada alam.