Perjalanan adalah sebuah film yang menjadikan kita sebagai aktor utama. Di setiap scene tersimpan banyak kejutan yang tak pernah terduga.
Ajakan menemui lumba-lumba di lautan lepas membuatku langsung melirik tabungan. Hampir saja aku menolak karena uang yang kumiliki tak cukup. Namun seorang teman menyadarkanku bahwa sebuah perjalanan bukan hanya sekedar permasalahan uang.
Tekadlah yang paling utama.
Dengan memberanikan diri meminjam uang, aku mendaftarkan diri untuk ikut trip Teluk Kiluan via jalur laut di sebuah kelompok perjalanan September lalu.
Sudah banyak orang yang mengunjungi surganya lumba-lumba itu melalui jalur darat, tapi untuk jalur laut?
Perjalanan Teluk Kiluan melalui laut sungguh memacu adrenalin. Sangat berbeda dengan perjalanan melalui darat. Menghabiskan waktu selama 5 jam, isi perut mendadak menari lincah tak tertahankan.
Perasaan ingin muntah benar-benar tak tertahankan. Satu persatu teman-temanku tak berhasil menahan desakan makanan yang keluar. Satu persatu tumbang.
Aku memutuskan untuk tidur dan berusaha mengacuhkan goyangan perahu yang semakin kuat. Sayangnya, sesekali aku kembali terbangun karena ombak yang masuk ke dalam perahu melalui jendela dan pintu masuk.
Tak hanya itu, deburan ombak yang saling berkejaran membuat perahu yang kutumpangi terlempar kesana kemari. Kondisi yang membuat kepala pusing.
Siapa bilang menjelajahi Teluk Kiluan hanya melihat atraksi menakjubkan dari lumba-lumba saja?
Dalam satu hari, aku menjelajahi beberapa pulau sebelum mencapai Teluk Kiluan seperti Pulau Legundi, Pulau Umang, dan Pulau Kelapa.
Saat itu matahari berada di puncak kepala, terik luar biasa. Namun pasir seputih tepung yang menghampar selalu mampu membuatku melupakan sengatan terik ini.
Tak hanya itu, ketiga pulau tersebut memiliki kelebihannya masing-masing.
Berada di Pulau Legundi seolah kita memiliki sebuah pulau pribadi. Suasana sangat sepi! Aku bebas menikmati setiap jengkal keindahan tanpa hiruk pikuk.
Lain halnya dengan Pulau Kelapa yang sedikit ramai karena ada beberapa penjual makanan dan minuman disana. Penjual kelapa muda menjadi penyelamat di siang yang sangat terik ini.
“Mungkin itu alasan kenapa pulau tersebut dinamakan Pulau Kelapa,” gumamku dalam hati.
Berdasar kisah dari mulut ke mulut, pulau ini terkenal sebagai salah satu spot terindah untuk menikmati keindahan matahari senja.
Di pulau ini, aku bisa merasakan hangatnya senja menyapu wajahku. Sesekali kupejamkan mata merasakan hembusan angin.
Tak ayal momen ini langsung kuabadikan melalui kamera poket mungil milikku. Setidaknya keindahan ini harus kubagi dengan teman-temanku nanti sepulang dari sini.
Ini adalah tujuan utama para traveler mengunjungi Teluk Kiluan. Melihat atraksi menakjubkan lumba-lumba secara langsung!
Sangat menakjubkan puluhan lumba-lumba menari berkejaran satu sama lain.
Aku ikut berkejaran, bukan dengan lumba-lumba namun dengan teman-temanku yang juga tidak sabar ingin mengabadikan liukan indah lumba-lumba.
Pengendara perahu yang menemaniku dengan lincah mengarahkan perahu ke sana ke mari. Demi mencari spot yang tidak banyak orang karena lumba-lumba hanya akan menampakkan dirinya di tempat yang sepi.
Sayangnya, keinginan ini juga diinginkan hampir semua teman-temanku. Jadilah kami saling kejar-kejaran berlomba mengabadikan liukan terindah lumba-lumba.
Salah seorang kawan nampak mengambil ancang-ancang hendak melompat ke laut. Si pengendara perahu langsung sigap menahan tangannya.
“Tak ada satu orang pun yang diperbolehkan untuk menyelam. Hiu mengikuti pergerakan lumba-lumba dari belakang,” begitu ujarnya.
Sepulang berburu tarian lumba-lumba, petualangan belum berakhir.
Dengan berjalan kaki sebentar saja, melewati medan yang menanjak dengan tepi-tepinya yang curam, aku sampai di tempat yang bernama Lagoon.
Lagoon adalah sebuah kolam yang diairi oleh air laut langsung, karena itulah airnya asin.
Didepan sana ada sebuah tebing setinggi rumah 2 lantai yang memisahkan antara Lagoon dengan laut.
Dan bagian berikutnya menjadi bagian favoritku. Meloncat dari atas tebing ke laut!
Awalnya aku takut setengah mati. Bagaimana kalau aku tidak bisa naik lagi ke atas permukaan air laut? Bagaimana kalau lompatanku terlalu kencang dan kepalaku membentur dasar Lagoon?
Betapa jauhnya permukaan Lagoon ketika kulihat dari atas tebing. Untuk membunuh perasaan takutku, aku menghirup dan menghembuskan napas berkali-kali. Aku melangkah mendekati pinggiran tebing.
Aku mencoba memberanikan diri melompat. Jantungku seperti ditarik seketika. Rasanya lama sekali aku terbang. Aku seperti merasa tergantung di udara dengan rasa takut yang semakin membuncah.
Aku teriak sekeras-kerasnya. Berusaha membuang rasa takutku. Tak lama kemudian, tubuhku terhempas di dalam air dan ternyata dugaanku salah. Air mengangkatku kembali ke permukaan. Dengan cepat, kuayunkan tanganku menggapai pinggiran Lagoon.
Tawa lepas keluar. Pengalaman pertama menghempaskan badan ke dalam laut dan ternyata rasanya luar biasa. Mungkin kalau saat itu aku sedang galau atau marah dan butuh pelampiasan. Tempat ini harus kukunjungi lagi.
Dan kini aku sadar, untuk membuat diri kita memiliki berjuta film, aku harus memiliki niat yang setinggi-tingginya dan membuang segala ketakutan yang aku buat sendiri.
Pengalaman itu bukan untuk ditakuti tapi untuk diselami. Selama kita bisa mengalahkan rasa takut yang kita miliki, akan ada banyak pengalaman-pengalaman menakjubkan lainnya yang bisa kita rasakan
Artikel ini juga bisa kamu baca di Malesbanget.com