Seiring dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi, Balai Pengamatan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah meningkatkan statusnya ke Siaga (Level III) sejak tanggal 5 November 2020 lalu. Guncangan gempa vulkanik pun terus dirasakan dan menyebabkan tebing lava lama di kawah Gunung Merapi berguguran.
Perubahan status Gunung Merapi dilakukan berdasarkan pemantauan dan evaluasi data BPPTKG. Getaran gempa terjadi secara intensif mulai Oktober 2020. Pada 4 November 2020, tercatat sebanyak 29 kali gempa vulkanik per hari, guguran 57 kali per hari, dan hembusan 64 kali per hari. Keadaan ini sudah melampaui saat menjelang munculnya kubah lava pada tahun 2006.
Terhitung sejak tahun 2018 hingga hari ini, Gunung Merapi beberapa kali mengalami letusan eksplosif dalam skala Volcanic Exlosivity Index (VEI)-1. Sebagai perbandingan, erupsi dahsyat Gunung Merapi di tahun 2010 yang menewaskan 277 jiwa termasuk dalam VEI-4. Sedangkan erupsi pada 2006 yang membuat 151 nyawa melayang tercatat ke dalam skala VEI-2.
Namun demikian, aktivitas Gunung Merapi saat ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hari-hari menjelang erupsi di tahun 2010. Sehingga apabila kali ini Gunung Merapi kembali erupsi, diprediksi bahwa kekuatan letusan eksplosif berada dalam skala VEI-2 sampai VEI-4. Untuk diketahui, VEI memiliki skala 1 hingga 8 berdasarkan kekuatan vulkanis yang terjadi.
Melihat kondisi ini, langkah mitigasi perlu dilakukan untuk menghindari adanya ratusan korban jiwa seperti di tahun 2006. Kelompok rentan seperti lansia dan ibu hamil harus menjadi prioritas evakuasi. hewan ternak milik warga juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Namun ini akan sulit mengingat saat ini Indonesia masih dirundung pandemi Covid-19.
Ketika artikel ini ditulis (24/11/2020), kondisi terkini dari Gunung Merapi tampak mengeluarkan asap tebal dengan tinggi 50 meter di atas puncak kawah. Periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB juga terdengar suara guguran sebanyak tiga kali dari Pos Babadan. Sejak statusnya naik Siaga, aktivitas Gunung Merapi memang terus alami peningkatan signifikan.
Pihak BPPTKG memprediksi, hanya tinggal menunggu waktu saja hingga Gunung Merapi benar-benar erupsi dahsyat. Warga yang tinggal di daerah rentan, mulai dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten diharapkan selalu waspada. Dua dari tiga dusun di Sleman yang masuk zona merah bahkan telah dikosongkan.
Seluruh aktivitas di zona merah atau Kawasan Rawan Bencana (KRB) III ditiadakan untuk sementara hingga waktu yang belum ditentukan. Tempat wisata yang berada dalam radius lima kilometer wajib ditutup. Sedangkan tempat wisata di zona rawan KRB I dan KRB II diizinkan untuk buka secara terbatas dengan tetap waspada pada ancaman erupsi yang tiba-tiba.
Warga telah melakukan upaya mitigasi dengan evakuasi mandiri. Bagi turis yang datang di saat Gunung Merapi erupsi diarahkan untuk menjauhi zona rawan dan menuju tempat evakuasi. Terkait pandemi Covid-19, evakuasi tetap akan dilakukan dengan menjalankan protokol kesehatan. Selain cuci tangan, sekat-sekat dipasang di lokasi pengungsian agar bisa jaga jarak.
Barak pengungsian sudah dilengkapi bilik-bilik. Satu bilik untuk satu orang. Jika suami-istri, satu bilik bisa digunakan untuk dua orang. Tersedia sarana cuci tangan yang lengkap. Pengungsi diharapkan dapat memakai masker medis saat Gunung Merapi erupsi. Petugas medis juga telah bersiaga untuk melayani pengungsi yang mengalami keluhan terkait kondisi kesehatannya.