Jangan tanyakan apa yang telah diberikan negara untuk kita, tapi tanyakanlah apa yang sudah kita berikan untuk negara.
Kalimat penyemangat dari John F. Kennedy tersebut kerap kali ditorehkan dalam caption foto sebagai bentuk gairah pemuda yang senantiasa membawa semangat perubahan. Maka, benarkah pemuda Indonesia sudah memberi kontribusi untuk negara yang lebih baik?
Menjelang momen Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2018 ini, Tim Phinemo berinisiasi untuk berbincang santai bersama para pemuda yang memiliki kontribusi dalam perkembangan pariwisata di Indonesia, salah satunya adalah akun instagram @pendakilawas.
Bila kalian salah satu pengikut akun @pendakilawas, pasti paham benar kalau akun instagram Pendaki Lawas hadir memberi warna berbeda di tengah banyak bermunculannya komunitas pendakian di Instagram. Tak ingin ikuti arus tren pendaki kekinian, @pendakilawas rutin membagikan foto-foto pendakian lama.
Kami pun berkenalan dengan Huda, pemuda berusia 25 tahun asal Magelang yang menggemari pendakian sejak 2011. Ya, siapa sangka, di balik imej jadul @pendakilawas, akun instagram ini diiniasi oleh sosok millennial dengan semangat perubahan.
Lewat sambungan telepon, Huda menceritakan bila akun instagram Pendaki Lawas ini dibuat pada Februari 2017. Usia yang terbilang masih muda, tapi konten-konten yang disajikan tak kalah dari para pendahulunya.
@PendakiLawas tercipta karena kegelisahan melihat fenomena maraknya akun berbagi info gunung yang latah membagikan foto gunung dengan pemanis para pendaki cantik. Minim edukasi dan monoton. Hanya itu-itu saja.
“Banyak akun gunung yang isinya cuma foto-foto saja. Banyak foto ceweknya. Ketika ada satu akun upload foto gunung, yang lain ikut-ikutan memosting. Minim edukasi dan monoton. Jadi, aku berinisiatif bikin akun gunung pendaki lawas yang masih bisa dieksplor.” kata Huda.
Proses pencarian konten pendaki lawas pun terbilang susah-susah gampang. Facebook, google, group komunitas pendakian menjadi sumber materi kontennya. Potret pendaki lawas menjadi fokus konten utamanya yang sesekali diselingi berbagi cerita pendaki senior inspiratif, tips, jalur pendakian dan berita gunung Indonesia.
“Cari materinya dari Facebook, group komunitas pendakian, google. Trus seiring berjalannya waktu, satu tahun itu foto-foto lawas semua, kayaknya kok nggak diselingi yang baru kok bosen juga ya. Kadang aku selingi tips, sejarah, berita gunung, kisah pendakian, cerita misteri, dan foto lanskap gunung. Tapi yang pasti, setiap hari selalu ada foto lawas.” Huda menjelaskan dengan detailnya
Awalnya Facebook dan Google jadi sumber materi utamanya. Lambat laun, seiring mulai dikenalnya akun @pendakilawas, banyak akun instagram yang membagikan potret pendakian lamanya dan menandai @pendakilawas. Dengan begitu, mengelola akun @pendakilawas seorang diri di tengah kesibukannya sebagai pekerja pun lebih mudah.
Meski demikian, mengelola akun @pendakilawas bukan tanpa hambatan. Kendala terbesar yang ia alami bukan bagaimana cara mendapatkan sumber materi konten, tapi susahnya mengelola mood buat posting di instagram. Sepertinya, hal ini menjadi masalah klasik yang kerap dihadapi banyak orang. Namun, Huda memiliki trik sendiri. Ia mendisiplinkan diri sendiri untuk konsisten membagikan konten instagram setiap hari. Dalam sehari ada 3 konten yang dibagikan.
“Paling susah mengelola mood buat posting instagram. Jadi untuk mengatasinya, harus rutin memosting.”
Huda bercerita, ia tak membuat jadwal topik khusus untuk menyusun materi konten instagram, acak saja. Yang terpenting, setiap hari selalu ada 1 foto lawas. Sisanya, bisa diselingi dengan tips atau kisah inspiratif.
Konten inspiratif pun tak sembarang di-copaste dari Google. Huda telah melakukan mini riset kepada para pendaki senior. Baik bertemu langsung atau pun via DM.
Mbah Agus Pratikno, seorang pendaki senior yang kembali ke terjalnya jalur-jalur gunung adalah salah satu orang yang pernah diinterviewnya langsung. Lewat insta stories dan juga feed instagram, pengalaman pendakian Mbah Agus dibagikan.
Bagi Huda sendiri, manfaat terbesar mengelola akun @pendakilawas ini adalah bisa berinteraksi dan berkenalan dengan para pegiat alam hebat lain. Sedangkan buat para pengikutnya, mendapatkan inspirasi dari cerita para pendaki senior dan mengenal potret lawas menjadi beberapa manfaat yang bisa dipetik.
“karena saya ada di dunia gunung, saya bisa berinteraksi dengan pegiat lain. Bisa kenalan dengan sosok pegiat yang hebat.” ungkap Huda.
Lalu, menjawab pertanyaan awal, apakah sebagai pemuda Indonesia sudah berkontribusi untuk negara yang lebih baik? Huda mengatakan bila selama ini belum merasa berkontribusi, tetapi ia berusaha dengan cara mengkritisi masalah sampah dan vandalism di gunung. Sebaliknya, melalui akun @pendakilawas, ia ingin berbagi ilmu dan konten yang bermanfaat.
“Kalau merasa berkontribusi sih belum ya, tapi berusaha untuk mengingatkan tentang sampah. Berusaha mengedukasi untuk membawa sampah turun gunung dengan ikut bersih gunung. Bukan cuma pamer foto sampah aja. Fokus utama tentang vandal dan sampah.”
Sebelum kami menutup obrolan, Huda berpesan kepada seluruh pendaki gunung Indonesia, bahwa gunung bukan objek untuk berhura-hura. Harus ada manfaat yang bisa diambil dari pendakian.
“mendaki bukan cuma mendaki. Harus ada manfaat yang bisa diambil dari pendakian. Jangan sampai gunung jadi objek untuk hura-hura saja.”- Huda @pendakilawas
#yangmudayangbersemangat Selamat Hari Sumpah Pemuda 2018