Mayoritas orang Indonesia kerap mengaitkan keganjilan suatu benda atau pun bangunan dengan hal-hal berbau mistis dan klenik. Sebagai contoh, Gunung Piramida Sadahurip misalnya. Gunung berbentuk piramida ini dianggap menyimpan sejarah tingginya peradaban Sunda.
Keanehan wujud Gunung Piramida Sadahurip makin dipercaya menyimpan misteri setelah beredarnya cerita mistis di tengah masyarakat. Konon, gunung yang berbentuk piramida lancip ini tak pernah longsor meskipun tak ada pepohonan yang menumbuhinya.
Masyarakat percaya, fenomena tersebut terjadi karena adanya piramida yang bersemayam di dalam gunung.
Tak hanya itu saja, aura kemistisan makin terpancar dengan adanya cerita pendar cahaya terang muncul dari atas gunung. Dan konon jika Gunung Piramida Sadahurip tersebut digali, maka bencana besar akan terjadi.
Namun, misteri tersebut perlahan mulai terkuak setelah salah seorang geolog bernama Sujatmiko mematahkan mitos tersebut. Merangkum dari berbagai sumber, geolog Sujatmiko mengatakan ada lima alasan yang menyebutkan bahwa di dalam Gunung Sadahurip tak tersimpan piramida.
Pertama, susunan Gunung Sadahurip dari bawah sampai puncak merupakan tipe batuan solid, jadi sangat sulit dikatakan ada piramida di dalam gunung itu.
Kedua, sangat tidak mungkin jika di dalam gunung terdapat piramida seperti di Giza. Karena untuk menyusun piramida Giza dibutuhkan 200 ribu orang dalam waktu 20 tahun di mana masing-masing membawa blok batu sebanyak 2.3 juta ton.
Menurut Sujatmiko, sangat tidak mungkin jika bebatuan Sadahurip berusia 6-7 ribu tahun. Sesuai uji karbon, pada masa tersebut Indonesia masih menggunakan alat batu.
Selain itu, jika memang ada proyek pembangunan piramida di dalam gunung, harusnya masih tersisa rekam jejak artefaktual proyek pengerjaan di Gunung Sadahurip. Memang benar, waktu itu ditemukan tulisan menyerupai huruf Mesir Kuno. Namun, setelah diteliti, tulisan tersebut merupakan silica (red: butiran kaca) yang mengalami pelapukan.
Alasan keempat, analogi bebatuan besar yang ada di wilayah Sadahurip yang dianggap sebagai batu untuk pembuatan piramida pun bisa dipatahkan. Batuan tersebut tak diangkut dari Gunung Rahong, tapi mengalir akibat lava letusan gunung dan kemudian masuk ke gunung.
Masyarakat pun percaya, bahwa di dalam Gunung Sadahurip terdapat pintu masuk piramida. Ternyata, pintu tersebut hanyalah goa biasa. Tak ada unsur pahatan bebatuan yang terkandung di dalamnya.