“Kami bukan anak orang kaya, tapi hobi kami mahal”.
Begitu kalimat yang tersebar di kalangan teman-teman petualang. Mulai dari status di media sosial sampai bentuk yang lebih kreatif seperti Meme. Kalimat yang seakan menegaskan bahwa hobi traveling merupakan hobi yang punya ‘gengsi’.
Traveling mungkin memang hobi yang mahal, bagaimana tidak? Untuk berpergian saja pasti butuh biaya. Perlengkapan-perlengkapan berpetualang juga bukan barang-barng yang murah. Ransel, peralatan masak, sepatu trek, jaket waterproof/windproof, hingga GPS.
Biaya yang mahal tentu bukan menjadi halangan untuk seseorang yang mempunyai niat. Terlebih untuk orang-orang yang memang meiliki passion untuk berpetualang, mereka akan menemukan bagaimana caranya agar bisa traveling. Berikut beberapa ‘trik’ untuk menghilangkan anggapan bahwa traveling itu mahal.
Rencanakan acara traveling-mu jauh-jauh hari, bahkan ketika liburan masih satu tahun lagi. Mungkin terdengar sangat lama, bisa-bisa sudah lupa nanti jika tiba waktu liburannya. Bukan itu poinnya, tapi bagaimana kita bisa merencanakan waktu dan destinasi yang tepat agar bisa menghemat pengeluaran.
Salah seorang teman kuliah pernah merencanakan traveling ke Singapura satu semester sebelumnya. Saat awal semester tiba, dia sudah punya kalender akademik untuk semester tersebut dan tentu jatah liburnya. Alasannya, banyak tiket pesawat promo jika booking-nya jauh dari pemberangkatannya.
Semuanya dia persiapakan jauh-jauh hari, mulai itenerary perjalanan, destinasi, dan hostel tempat menginap. Dan diakhir semester, dia benar-benar berangkat ke Singapura. Biaya yang terbilang mahal akan menjadi murah jika kita mempersiapkan.
Bing beng bang, yok kita ke bank
Bang bing bung, yok kita nabung
Tang ting tung, hey jangan dihitung
Tahu-tahu kita nanti dapat untung
Sedikit nostalgia, di atas adalah penggalan lirik lagu anak-anak pada saat aku masih kecil dulu. Sebuah lagu yang berisi tentang ajakan untuk menabung, karena menabung akan memberikan banyak keuntungan.
Menabung tak harus banyak, juga jangan sering-sering dihitung. Menabung hanya perlu kontinuitas dan jaga mindset untuk apa tabungan itu. Terkadang adanya tabungan malah ‘menyeleweng’ dari tujuan awalnya.
Aku dan teman-temanku punya kebiasaan yang terbilang unik. Kami sering menyisihkan uang koin/recehan dalam sebuah wadah, walaupun belum punya destinasi pasti, tapi di wadah ini kami tulisi “Piknik”.
Percayalah peribahasa “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”, karena kami sudah membuktikannya. Kami sudah pernah menggabungkan beberapa wadah recehan untuk biaya mengikuti pendakian massal bersama-sama.
Kebahagian apalagi yang didustakan ketika bisa piknik bersama teman-teman terdekat?
Gear atau peralatan traveling bukanlah peralatan yang murah apalagi murahan. Terlebih untuk peralatan pendakian harus memperhatikan safety, dan harga tentunya menentukan kualitas. Bagi mereka yang mampu mungkin bisa membeli gear sekaligus. Tapi percayalah, mengkoleksi satu per satu gear punya sense tersendiri.
“Untuk makan aja kadang susah, apalagi untuk mengkoleksi gear?”. Sebagai anak kuliahan tentu tahu bagaimana manajemen keuangan yang baik. Jika punya niatan untuk berpetualang, maka harus bisa me-manage kebutuhan-kebutuhannya. Yaitu dengan membelinya satu per satu, sesuaikan dengan kemapuan dan kebutuhan.
Kekurangan bukanlah sebuah halangan jika kita mampu mengolahnya, dari masalah keuangan, bahkan kita bisa menemukan kebanggaan atas barang yang kita miliki. Kita akan lebih meresapi cerita-cerita yang melekat dari setiap gear milik kita. Menjadikan gear itu bagian diri kita, dan lebih baik dalam merawatnya.
Pasti pernah mendengar beberapa nama yang traveling atau berpetualang dengan membawa embel-embel sebuah merk/produk tertentu. Merekalah yang melakukan hobi tak lagi dengan biaya sendiri bahkan mendapatkan uang dari hobi mereka.
Sebut saja salah satunya Mario Iroth, pria asal Tomohon yang berkeliling dunia dengan sepeda motor. Ia menyelesaikan “Wheel Story”-nya tanpa sepeser uang pribadinya. Dari yang awalnya memasukkan banyak proposal di berbagai perusahaan dan berakhir penolakan. Hingga akhirnya perusahaan yang mencarinya, dan menjadikannya fultime traveler.
Biasanya untuk bisa mendapatkan sponsor harus punya bekal apa yang sudah dilakukan.
Harus konsisten, kreatif, dan tegar.
Ungkap Mario. Suatu hal yang menginspirasi dan unik sering dijadikan senjata utama untuk mendapatkan sponsor dalam
berpetualang.
Masa muda adalah masa yang penuh tantangan. Orang kadang malah mencari tantangan untuk mengisi masa mudanya. Traveling merupakan salah satu hobi yang menantang, tapi apa jadinya ketika traveling yang ‘biasa’ sudah tidak menantang?
Nggembel adalah jawabannya. Nggembel, atau berpetualang dengan budget sangat minim atau sengaja diminimalkan. Agak ekstrim memang, di jaman yang semuanya membutuhkan uang. Namun disitulah tantangannya, berpetualang menuju tempat tertentu entah bagaimana caranya.
Jika di Jawa Timur mungkin dikenal istilah bonek atau bondo nekat alias bermodal nekat. Kita bisa merayu sopir truk agar bisa ditumpangi, mengamen jika terpaksa butuh uang masuk tempat wisata, hingga tidur di mushola sebuah SPBU. Akan ada cerita-cerita gila yang kamu dapatkan saat nggembel.
Tuhan akan memberikan jalan untuk orang yang berusaha.
Setidaknya kalimat itu perlu diyakini jika ingin traveling dalam kondisi apapun. Pilihan sudah ada, mari berkemas. Isi masa mudamu dengan hal yang lebih menantang.