Saat ini untuk mencari referensi tempat wisata, masyarakat Indonesia lebih cenderung melihatnya dari akun-akun Instagram para influencer atau selebgram. Di sana terlihat potret indah dari tempat wisata, lengkap dengan cerita dan testimoni dari sang pengunggah yang telah berkunjung. Apiknya unggahan potret dari influencer atau selebgram di Instagram tidak selalu sesuai dengan kenyataannya.
Faktanya sebelum diunggah, semua gambar akan melewati proses editing agar diperoleh hasil yang pantas untuk konten Instagram. Berikut beberapa tempat wisata Instagramable yang ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi.
Pantai Tiga Warna merupakan salah satu pantai di Malang, Jawa Timur yang memiliki ombak cukup tenang. Di Instagram, pantai ini terlihat begitu eksotik dengan variasi warna airnya dari biru, hijau tosca, dan hijau muda tergantung dari kedalamannya. Kenyataannya pantai ini tidaklah seindah yang di Instagram. Pantainya sangat ramai sesak oleh pengunjung terutama saat musim liburan. Selain itu biaya masuknya juga tinggi, Rp. 20.000 untuk tiket masuk dan tambahan Rp. 100.000 untuk guide.
Pantai Santolo yang dulunya indah menjadi penuh sampah karena ulah wisatawan yang tidak menjaga kebersihan. Air lautnya coklat karena kotor, dengan berbagai jenis sampah mengapung di atasnya. Pasir pantainya juga menghitam, benar-benar tidak seperti yang tersebar di Instagram. Terlebih saat musim liburan, Pantai Santolo akan sangat ramai oleh pengunjung, sama sekali tidak ada ruang untuk menikmati panorama alamnya.
Seorang penulis dan reporter asing bernama Polina Marinova beberapa waktu lalu merasa menyesal karena telah datang jauh-jauh ke Bali. Alasannya karena Pura Lempuyang yang terlihat indah di Instagram ternyata berbanding terbalik dengan kondisi aslinya. Pantulan kolam di bawah Pura Lempuyang hanyalah ilusi optik dari pantulan cermin.
Pohon Jomblo di Kabupaten Barru pada tahun 2017 tampak begitu indah dan instagramable. Namun pada musim kemarau kemarin keindahannya seolah sirna. Dedaunannya berguguran, rumputnya yang hijau juga telah mengering, dan kotoran sapi juga dimana-mana. Mungkin jika datang pada saat musim penghujan kondisinya akan sedikit berbeda.
Jangan berharap akan petualangan yang seru di alam bebas layaknya di film-film holywood saat melaksanakan jeep adventure di Gunung Bromo ketika hendak menikmati sunrise maupun sunset. Karena untuk mencapai titik pengamatan suasananya sangat amat ramai dan macet, ratusan jeep mengantri perlahan menuju puncak. Tidak hanya samapi disitu, saat tiba untuk mencari lokasi foto yang tepat harus berdesak-desakan dengan pengunjung lainnya. Harga makanan di titik pengamatan sangat mahal, kondisi toilet yang jorok dan terbatas membuat antriannya begitu panjang.