3 Jasa Penjajahan Hindia Belanda Terhadap Pariwisata Indonesia

Meskipun penjajahan Hindia Belanda masih terasa sangat perih, namun tidak dipungkiri bahwa mereka memiliki andil besar dalam pariwisata nusantara.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Raja Willem Alexander dan Ratu Maxima dari Kerajaan Belanda secara resmi meminta maaf kepada bangsa Indonesia atas penjajahan yang dilakukan bangsanya di masa lalu dalam kunjungannya ke Istana Bogor pada Rabu (11/3) lalu. Seperti diketahui bersama, Belanda dahulu pernah mendirikan sebuah negara yang bernama Hindia Belanda di nusantara dengan mengatasnamakan kolonialisme.

350 tahun bangsa Indonesia menderita dibawah tirani Hindia Belanda. Sepertiga kekayaan Indonesia dikeruk demi keuntungan para pembesar Hindia Belanda. Tak terhitung lagi jumlah jiwa yang mati mengenaskan selama penjajahan berlangsung. Kondisi ini turut menyulut nyala api pemberontakan dari sejumlah tokoh daerah seperti Iman Bonjol, Kapten Pattimura, Pangeran Diponegoro, dan Teuku Umar.

Meskipun luka lama akibat penjajahan Hindia Belanda masih terasa sangat perih jika diingat kembali, namun kita tidak bisa menutup mata atas kebaikan mereka dalam bidang budaya dan pariwisata nusantara. Tanpa bermaksud mendiskreditkan para pahlawan bangsa, campur tangan dari Pemerintah Hindia Belanda telah membuat nusantara yang kini bernama Indonesia menjadi sepopuler sekarang di dunia Internasional.

Poster promosi pariwisata Bali pada masa kolonialisme Hindia Belanda (quora.id).

Promosi Masif Pariwisata Bali

Bukan rahasia lagi jika nama Bali jauh lebih dikenal dunia dibandingkan nama Indonesia. Pernahkah bertanya mengapa demikian? Jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri, Bali sudah sangat dikenal oleh dunia internasional karena promosi masif yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Bali saat itu diperkenalkan sebagai tujuan pariwisata dunia. 1920-1930 menjadi tahun keemasan bagi pariwisata Bali.

Bali gagal mempesona pada abad ke-19. Saat itu masyarakat Bali dianggap sebagai bangsa yang tidak beradab dan mengancam Hindia Belanda. Namun setelah ditaklukan pada tahun 1908, Bangsa Belanda mulai sadar akan keindahan alam dan budayanya. Selanjutnya Bali dipromosikan kepada dunia internasional dengan julukan “Pulau Surga”.

Setelah Perang Dunia I berakhir, banyak tokoh dunia dari berbagai profesi datang mengunjungi Bali untuk mencari kedamaian dan ketenangan. Beberapa diantaranya adalah Miguel Covarrubias (pelukis asal Meksiko), Vicki Baum (penulis asal Austria), Walter Spies (pelukis asal Jerman), Rudolf Bonnet (pelukis asal Belanda), dan Rabindanath Tagore (penyair asal India). Melalui mereka, lahir karya-karya tentang Bali yang membuatnya semakin dikenal dan masuk dalam imajinasi masyarakat dunia.

Kondisi Candi Prambanan saat pertama kali ditemukan oleh CA. Lons pada tahun 1733 (printerest).

Rekonstruksi Candi-Candi Besar di Jawa

Candi-candi besar di Jawa seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan Candi Arjuna bisa berdiri tegak kembali berkat jasa dari para arkeolog Belanda dengan disokong dana oleh Pemerintah Hindia Belanda. Candi-candi tersebut ditemukan dalam kondisi yang memprihatinkan berupa puing-puing batu dan reruntuhan yang jauh dari bentuk aslinya. Bahkan kompleks Candi Arjuna ditemukan dengan kondisi terendam dalam sebuah danau sebelum akhirnya direkonstruksi ulang.

Proses rekonstruksi candi-candi megah di Jawa memakan waktu yang lama dengan biaya tidak sedikit. Candi Prambanan ditemukan pertama pada tahun 1733 oleh CA. Lons yang berkebangsaan Belanda. Penggalian dan pemugaran dilakukan sejak saat itu. Hingga sampai negara Indonesia terbentuk, proses rekonstruksi belum juga selesai. Dianggap rampung pada 1953 oleh Presiden Soekarno, meskipun sebenarnya banyak candi yang masih berupa reruntuhan. Total proses rekonstruksi Candi Prambanan memakan waktu lebih dari 200 tahun. Sangat lama, mengingat Candi Prambanan adalah candi terbesar dan termegah di Asia Tenggara.

Lawang Sewu yang dibangun oleh Hindia Belanda (cagarbudaya.kemendikbud.go.id).

Cagar Budaya di Seluruh Penjuru Indonesia

Saat berkuasa atas nusantara, Hindia Belanda banyak membangun gedung-gedung besar yang diperuntukan untuk kegiatan pemerintahan, ekonomi, dan pertahanan. Sebagian besar memiliki arsitektur khas Belanda yang kini ditetapkan sebagai cagar budaya. Beberapa diantaranya adalah Lawang Sewu dan Kota Lama (Semarang), Kota Tua (Jakarta), Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (Sumatera Barat), dan benteng-benteng pertahanan yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.

Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto bahkan telah ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2019 lalu. Sedangkan yang lainnya menjadi destinasi wisata populer di Indonesia. Beberapa gedung yang masih kokoh dan layak masih dipergunakan untuk kegiatan pemerintahan dan perkantoran. Salah satunya yaitu Het Groot Huise yang kini menjadi Gedung Keuangan Negara Semarang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU