Bagi Anda yang ingin berwisata murah ke Palembang, ada kabar gembira untuk Anda, pasalnya Kementerian Pariwisata akan membangun 1.000 homestay dan 1.000 toilet bersih di Palembang.
Program ini nantinya tidak hanya berlaku di Palembang saja, melainkan juga di seluruh daerah di Sumatera Selatan.
Dilansir dari industri.bisnis, Menpar Arief Yahya memaparkan, Kemenpar memiliki kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), untuk membangun 1 juta rumah.
“Saya sudah minta ke Pak Presiden dan Pak Menteri PUPR, untuk mendapatkan 10 persen dari jatah 1 juta rumah itu. Jadi ada 100 ribu yang dialokasikan untuk kepentingan Kemenpar,” jelas Arief.
Dana itu akan diarahkan untuk membuat homestay di kawasan yang diprogramkan menjadi destinasi nasional. Bank Tabungan Negara (BTN) juga sudah setuju dengan skema itu.
“Dari harga pagu Rp150 juta, uang muka 1%, atau Rp1,5 juta. Bunga 5% fixed, dengan masa cicilan 20 tahun. Jadi cicilan setiap bulannya hanya sekitar Rp800 ribu, maka dengan 4 akhir pekan rata-rata disewa sekali saja, sudah mampu membayar cicilannya,” tambahnya.
Menpar sebelumnya sudah membaca usulan Sumsel untuk pengembangan pariwisata. Menurutnya, kalau hanya menunggu Dana Alokasi Khusus (DAK), pasti tidak cukup. Namun banyak cara kreatif yang bisa dilakukan untuk mewujudkan amenitas yang sustainable. Dia menyebut ada dua model, pertama short term, yakni DAK, CSR Corporate Social Responsibility–, dan insentif khusus. Yang dimaksud insentif itu misalnya membangun transportasi dengan insentif property.
Ada lagi contoh insentif, yakni public space dengan advertising. Pemda punya banyak lahan atau titik yang bisa dibangun media luar ruang. Kompensasi dari investasi yang ditanam, adalah mereka bisa menjual advertising di ruang publik.
Bagaimana dengan pendanaan longterm-nya? Pertama, dengan pengembangan atraksi, KSPN Palembang Kota dan sekitarnya (Musi), menjadi KSN (Kawasan Strategis Nasional), sehingga Kementerian PUPR bisa masuk dalam share infrastructure. Kedua, tema pengembangan akses ke “waterfront city” atau “riverfront city”.
“Misalnya, naikkan status jalan, dari jalan provinsi menjadi jalan negara, seperti yang sudah dilakukan di outer ring road di Pulau Nusa Penida Bali dan outer ring road Pulau Samosir, Toba,” jelas Arief.
Ketiga, bisa dengan skema KEK-Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Musi. Sediakan lahan milik pemda, yang akan dikelola sebagai KEK. Kawasan ini akan dibangun berbagai fasilitas untuk kenyamanan dan keamanan berwisata. Misalnya, ada hotel, convention center, caf, restorant, lapangan golf, dan sebagainya.
“Soal investor, nanti kami akan support, kita bisa cari yang sesuai karakter Musi, Palembang dan Sumsel,” pungkas Arief.
Sebelumnya, Februari lalu Kemenpar juga merencanakan pembangunan 1000 homestay di Tanjung Lesung, Banten. Destinasi tersebut memang sedang digarap serius oleh pemerintah sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis pariwisata. Tanjung Lesung diprediksi akan semakin ramai oleh turis setelah Tol Serang Panimbang selesai dibangun tahun 2018 mendatang.
Homestay dibangun di sepanjang jalur menuju Tanjung Lesung. Desain arsitektur rumah akan menonjolkan adat, sehingga ada nilai budaya lokalnya karena memang homestay dibangun untuk keperluan pariwisata.