Ini 12 Pengakuan Traveler yang Perlu Orang Awam Tahu

Orang lain terlalu banyak berasumsi kepada kami-para traveler, bagaimana kami mendapatkan uang untuk bisa selalu jalan-jalan, atau anggapan kami foya-foya

SHARE :

Ditulis Oleh: Rani Suryatama

Katanya sih kami traveling cuma buat buang-buang duit

Orang lain terlalu banyak berasumsi kepada kami-para traveler-, tentang kegiatan kami, bagaimana kami mendapatkan uang untuk bisa selalu jalan-jalan, juga anggapan bahwa kami hidup hanya untuk senang-senang. Namun, itu hanya asumsi.”

Kami menekuni hobi traveling. Nggak ada bedanya seperti Kamu yang hobi koleksi benda antik, atau hobi main musik. Hanya aja, cerita-cerita dan foto-foto kami di media sosial mungkin akan menarik perhatian Kamu atau orang lain untuk berkomentar.

‘Kamu kerja apa sih, perasaan jalan-jalan terus kerjaannya. Dapet duit dari mana?’

‘Kamu gak ada kegiatan lain ya, selain jalan-jalan?’

Itu sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang sering sampai di telinga kami.

Menjadi traveler memang selalu terlihat menyenangkan. Namun percayalah, kami juga mempunyai perjuangan selama perjalanan. Dan kamu perlu tahu ini:

1. Kami nggak kaya, hanya pintar mengatur keuangan

Kamu bisa saja berpikir kami kaya dan beruntung. Untuk beruntung, kami setuju! Tapi, tidak dengan kaya. Menjadi traveler nggak berarti harus kaya, walau kami akui bahwa traveling membutuhkan dana. Yang kami lakukan adalah mencoba menekan budget seminim mungkin. Kami menghitung setiap rupiah yang akan kami keluarkan. Jika ada yang gratis, kenapa nggak? Sekarang ini banyak hal yang bisa mempermudah dan meminimalisir budget selama traveling. Contohnya jika ingin mendapat penginapan gratis, kami bisa menggunakan couchsurfing.

2. Kami selalu antusias dengan perjalanan selanjutnya, tapi percayalah, kami juga sering gugup!

Apa yang terlihat di sosial media adalah foto-foto yang indah. Tentang sunset dan sunrise, senyum masyarakat lokal, atau foto bersama teman-teman baru yang menyenangkan. Tapi jujur, kami selalu merasa khawatir akan apa yang akan terjadi di perjalanan, takut apabila terjadi sesuatu yang di luar rencana, atau takut jika melewatkan hal-hal terbaik dalam perjalanan tersebut.

3. Kami menghabiskan uang untuk pengalaman, bukan barang

Traveling itu pilihan. Kami adalah satu dari banyak traveler di luar sana yang memprioritaskan traveling di atas ratusan pilihan lainnya. Mungkin terdengar berlebihan untukmu, tapi sensasi yang diberikan perjalanan membuat kami selalu ingin berjalan tanpa henti.

Kami masih bisa nggak mencicipi restoran baru di tengah kota. Tidak masalah. Berbelanja baju? Ah, tidak masalah! Gaya busana traveler bukannya selalu terlihat chic, casual, and classy? Setiap rupiah lagi-lagi sangat berarti untuk kami simpan demi perjalanan impian.

Restoran baru yang tak disinggahi, tidak memiliki gadget terbaru, atau fashion yang sedang hype, tidak menjadi masalah bagi kami, karena semuanya terbayar dengan pengalaman mendaki gunung tertinggi, puluhan teman baru di negeri sebrang, atau sekedar berkeliling mengendarai motor trail dan bertualang.

4. Kami suka membuat rencana, tapi terlalu banyak kejutan di luar sana

Traveling bukan sekedar duduk di dalam pesawat, kereta, mobil, atau bahkan motor, lalu sampai ke tujuan. Traveling jauh dari sekedar itu.

Semua orang menyukai jika rencananya berjalan tanpa hambatan, kami pun demikian. Namun jika tiba-tiba pesawat menunda keberangkatannya sampai satu hari, dirampok di tengah jalan, ketinggalan pesawat, atau bahkan ditipu oleh orang asing, rencana harus berubah! Suka atau tidak suka.

Jujur, hal itu pasti menakutkan dan terkadang membuat frustasi. Namun sikap petualang dan kebulatan tekad untuk menyelesaikan masalah selalu bisa membuat semuanya lebih baik. Bahkan terkadang perubahan yang tak direncanakan tersebut menjadi bagian terbaik dari perjalanan itu sendiri.

5. Kami sadar selalu ada kemungkinan buruk

Terkadang kami sengaja melakukan perjalanan sendirian. Kunci dari perjalanan itu adalah: riset. Melihat setiap detail lalu berangkat! Kami sepenuhnya sadar, selalu ada kemungkinan buruk dalam setiap perjalanan dan hal itu tidak bisa kami cegah. Tapi, bukankah memang seni dalam hidup adalah menghadapi hal-hal di luar rencana?

Tetap santai dan mengikhlaskan dalam beberapa hal adalah pilihan terbaik, karena pada akhirnya kami menyadari bahwa tidak semua hal dapat kami kendalikan.

6. Kami memulai perjalanan mungkin sendiri, tapi mengakhiri perjalanan dengan teman-teman baru

Bertemu dengan orang-orang yang awalnya asing, lalu menjadi teman atau bahkan sahabat terbaik. Mengenal traveler lain dari berbagai penjuru dunia membuat kami merasakan kultur mereka secara tidak langsung, kami semakin merasa kaya. Terkadang, pertemuan di satu tempat berujung pada rencana perjalanan bersama di tempat lain! Menyenangkan!

7. Kami nggak masalah jika harus terlihat bodoh

Masyarakat lokal terkadang menjadi pemberi saran terbaik dalam perjalanan. Yang sulit adalah, menjalin komunikasi dengan mereka. Hal itu membutuhkan usaha dan perjuangan bagi kami yang tidak mengerti sama sekali bahasa masyarakat setempat. Tapi, kami harus mencoba. Kami nggak masalah jika harus terlihat bodoh karena mengucapkannya dengan salah, karena masyarakat lokal justru memberikan apresiasi terhadap kami.

8. Kami kadang nggak hanya liburan

Kami mungkin terlihat selalu liburan. Ya, kami pernah traveling untuk sekadar liburan, tapi kami pun pernah traveling untuk belajar, mengikuti kegiatan organisasi kampus atau kemahasiswaan lainnya. Bahkan kalaupun itu hanya sekedar liburan, kami harus belajar banyak. Setiap hari dihadapkan dengan hal-hal yang mungkin sebelumnya tak pernah kami bayangkan dan nggak pernah kami rencanakan. Kami menikmati prosesnya, membentuk kami menjadi pribadi yang lebih tangguh, dan selalu memandang sesuatu dari sudut pandang yang semakin luas.

9. Kami pun pernah merasakan homesick

Traveling adalah passion kami. Meskipun demikian terkadang kami merindukan berada di rumah, bersantai membaca buku di taman kota, merindukan orangtua dan kampung halaman, teman, dan sahabat. Tapi ini abad ke-21! Ada berbagai aplikasi messanger dan video-call yang bisa mengobatinya.

Sama seperti perasaan lain yang pasti terlewati, homesickness juga. Dan apabila sudah terobati, kami tetap akan bahagia dengan keberadaan kami sekarang.

10. Kami tahu bahwa kami istimewa

Memiliki kesempatan untuk melakukan traveling adalah sebuah anugerah. Kami sadar nggak semua orang memiliki kesempatan seperti yang kami punya. Kami mungkin harus menabung dan menyingkirkan banyak kesenangan lainnya untuk bisa traveling, tapi kami tetap orang yang lebih beruntung. Melihat kehidupan lokal yang terkadang jauh berbeda dengan kehidupan kami, selalu membuat kami takjub dan bersyukur. Apa yang bisa kami lakukan adalah menjadi traveler yang bertanggung jawab, menjaga kearifan lokal dan mendukung kelestarian alam sebisa mungkin.

11. Kami mengerti bahwa traveling bukan gaya hidup semua orang

Sudah semakin jelas sekarang bahwa kami mencintai dunia ini, traveling. Dimana kami selalu berpindah, dari satu tempat ke tempat lain, mencicipi makanan yang satu ke makanan lain yang rasanya amat berbeda, menemui orang-orang lokal dengan bahasa uniknya masing-masing dan cerita-cerita kehidupan yang memperkaya.

Meskipun bagi kami ini adalah kebahagiaan, belum tentu bagi sebagian orang lainnya. Jika kamu merasa belum saat yang tepat untuk traveling, kamu tidak perlu memaksakan. Namun jika kamu merasa ingin melakukannya, lakukan itu sekarang!

12. Kami nggak tahu ke mana traveling akan membawa kami, tapi traveling membuat kami kaya

Siapa yang tahu kemana traveling akan membawa kami? Pelajaran apa yang akan kami dapat? Atau, bagaimana itu akan mengubah hidup kami? Kami tidak bisa menjawabnya. Yang kami tahu, kami harus menjalaninya sehingga pertanyaan itu terjawab. Menjadi bagian dari para traveler, orang-orang yang selalu haus akan pengalaman dan cerita dari berbagai penjuru dunia, yang pasti akan membawamu melihat dan mempelajari hal yang baru.

Baca artikel menarik lainnya:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU