Wayang Potehi, Kesenian Berusia 3000 Tahun dari Tiongkok

Wayang Potehi menurut legenda aslinya di Tiongkok, sekira 3000 tahun lalu digunakan oleh beberapa orang di penjara untuk menghibur diri sembari menanti hukuman mati.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Saat seperti sekarang ini menjelang perayaan Imlek, disadari atau tidak, kita akan melihat betapa masyarakat peranakan Tionghoa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Perpaduan unsur budaya asal Tiongkok dengan budaya tradisional nusantara menghasilkan keunikan tersendiri. Ada banyak contoh, kesenian hasil perpaduan budaya Tionghoa dengan budaya tradisional nusantara, salah satunya adalah wayang potehi.

Pementasan Wayang Potehi. Sumber foto

Baca juga: Makna warna merah di perayaan Imlek

Wayang potehi merupakan seni pertunjukan boneka tradisional dari Cina Selatan. “Potehi” berasal dari kata “pou” (kain), “te” (kantong), dan “hi” (wayang) yang secara harfiah bermakna ‘wayang yang berbentuk kantong dari kain’.

Wayang ini dimainkan menggunakan lima jari, tiga jari tengah mengendalikan kepala, sementara ibu jari dan kelingking mengendalikan tangan si wayang.

Saat pentas, biasanya ada musik yang mengiringi. Alat musik yang digunakan pada umumnya adalah tong ko atau tambur, gwee kim atau mandolin, dan tua jwee atau terompet logam.

Eksistensi wayang ini di Indonesia sempat mengalami pasang surut. Di masa Presiden Soekarno, wayang potehi cukup populer di tengah masyarakat. Tetapi pada awal era Orde Baru, seni wayang ini sempat ‘menghilang’ dari kehidupan masyarakat luas dan hanya dipertunjukkan untuk kalangan tertentu.

Wayang potehi mulai ‘muncul’ kembali setelah tahun 2000-an. Kini, pertunjukkan wayang ini bahkan merambah ke pusat-pusat perbelanjaan, khususnya saat perayaan Tahun Baru Imlek seperti sekarang.

Sejarah wayang potehi

Sejarah kesenian wayang potehi disebut telah berkembang selama kurang lebih 3.000 tahun. Beberapa bukti sejarah menunjukkan eksistensi wayang potehi di Tionghoa telah ada sejak Dinasti Jin (265-420 M).

Baca juga: Mengapa perayaan Imlek di Singkawang selalu meriah? Ini penyebabnya

Menurut bukti sejarah tersebut, seni wayang ini pertama kali ditemukan oleh pesakitan di sebuah penjara. Saat itu, di penjara tersebut terdapat 5 tahanan hukuman mati. Empat orang di antaranya terus bersedih, tetapi orang kelima berbeda. Daripada terus bersedih menunggu ajal, lebih baik menghibur diri. Lalu ia mengajak 4 orang lainnya, untuk mengambil perkakas yang ada di penjara seperti panci dan piring, Mereka mulai menabuhnya hampir tiap hari sebagai pengiring permainan wayang.

Kabar tentang irama menarik dari tetabuhan mereka di penjara akhirnya terdengar juga oleh kaisar, yang akhirnya memberi pengampunan.

Kesenian ini diperkirakan masuk ke nusantara bersama ekspedisi perdagangan sekitar abad ke-16. Seni wayang ini lalu berkembang di berbagai daerah di Indonesia.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU