Menjadi Seorang Ibu Apakah Berarti Harus Berhenti Traveling?

Apakah saat seorang wanita telah menjadi ibu, ia juga harus menghentikan hobi travelingnya?

SHARE :

Ditulis Oleh: Desti Artanti

Gambar diambil dari sini

Ia yang tak pernah puas dengan apa yang telah ada digenggamannya, selalu haus akan hal-hal baru di tempat lain. Bukannya tak bersyukur, Ia hanya penasaran apa saja yang ada di luar zona nyamannya, zona yang telah Ia pijaki.

Entah hanya stereotype belaka, atau framing dari masyarakat, menjadi seorang Ibu berarti harus berada di rumah, melayani suami, mengurus rumah dan anak-anak, atau melakukan sederet pekerjaan rumah tangga lainnya.

Sejenak mari kita singkirkan hal-hal tersebut. Coba kita membahas suatu kegiatan traveling dari sudut pandang wanita, seorang wanita petualang. Ia yang tak pernah puas dengan apa yang telah ada digenggamannya, selalu haus akan hal-hal baru di tempat lain. Bukannya tak bersyukur, Ia hanya penasaran apa saja yang ada di luar zona nyamannya, zona yang telah Ia pijaki.

Ini merupakan perjalanan baru dalam hidupnya, merasakan sensasi yang hanya akan dirasa sekali seumur hidup, pertama kalinya menjadi seorang Ibu, dimana seorang anak telah terlahir dari rahim sang petualang.

Suatu waktu, sang wanita akhirnya bersatu dengan tambatan hatinya. Ia menikah dan mempunyai anak. Ini merupakan perjalanan baru dalam hidupnya, merasakan sensasi yang hanya akan dirasa sekali seumur hidup, pertama kalinya menjadi seorang Ibu, dimana seorang anak telah terlahir dari rahim sang petualang.

Ia begitu bahagia mengabadikan momen setiap hari bersama buah hati dan suaminya. Tak jarang Ia memposting momen-momen bahagia tersebut ke media sosial, sama seperti yang Ia lakukan saat masih berstatus single dulu. Seorang petualang menghargai setiap momen yang terjadi dalam hidupnya, sama halnya seperti dirinya.

Gambar diambil dari sini

Baginya wanita petualang, menjadi Ibu adalah hal ajaib dalam hidup, Ia menikmati setiap detik yang terjadi di dalamnya.

Hari demi hari Ia jalani dengan bahagia. Meski lelah dengan pekerjaan rumah, urusan dengan suami, lebih-lebih mengurus anak, Ia tetap kuat, sama seperti saat Ia mendaki gunung tertinggi di nusantara sekalipun. Baginya wanita petualang, menjadi Ibu adalah hal ajaib dalam hidup, Ia menikmati setiap detik yang terjadi di dalamnya.

Saat semua hal bekerja sesuai dengan ritmenya, Ia pun kembali dibuat penasaran. “Kemana aku akan pergi setelah ini? Apakah suamiku akan mengizinkanku traveling lagi? Apa yang akan orang tuaku pikirkan jika keinginanku ini masih menggebu-gebu?”

Masyarakat kita kebanyakan masih dikelilingi oleh stereotype yang mungkin agak menyudutkan wanita. Wanita harus dirumah, atau harus melayani suami dan megurus anak saja. Kebanyakan wanita pun masuk ke dalam pola pikir ini, Ia menerima keadaan dimana menjadi ibu membuatnya berhenti traveling.

Tak ada yang salah dengan keputusan untuk berhenti traveling karena menjadi Ibu dan seoarang istri. Artinya Ia memang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga, tak ada yang namanya kompromi dengan keinginan-keinginan untuk traveling lagi. Toh sekali-kali traveling masih bisa dilakukan bersama-sama suami dan anak.

Namun, ada sebagian yang tidak bisa menjadi demikian. Hasratnya untuk traveling malah makin menjadi ketika menjadi seorang Ibu. Ia ingin bepergian, namun kali ini tak mau sendiri lagi. Ia ingin mengajak serta anak dan suaminya, melihat apa yang selama ini Ia lihat.

Nyoman Sakyarsih dan Max, anaknya saat di puncak rengganis. Gambar diambil dari sini.

Ia ingin anak dan suaminya menjadi bagian penting dalam perjalanannya, bukan hanya melihat dari jauh saja. Baginya, mengajak serta anak ke alam, akan mengajarkannya sedikit demi sedikit arti kehidupan, lebih-lebih mengajaknya bersyukur karena bisa membuka cakrawala lebih luas lagi.

Satu hal yang harus orang-orang di sekelilingnya tahu. Ia tak pernah ingkar janji. Saat melabuhkan hatinya dulu kepada sang suami, artinya Ia telah berjanji kepada Tuhan dan dirinya sendiri untuk menjalani bahtera rumah tangga dengan sebaik mungkin, suatu hal sakral yang wajib Ia tepati. Ia hanya butuh kepercayaan, yang membuatnya makin percaya diri menjadi seorang Ibu yang senang bertualang.

Wanita petualang tahu arah. Ia paham bagaimana harus membawa diri. Ia tak mementingkan travelingnya diatas keluarga. Ia tetap menyadari bahwa keluarga adalah yang nomor satu.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU