Indonesia memiliki beragam tradisi unik saat menikmati makanan. Konon tradisi itu mengandung beragam makna yang menyimbolkan akan sesuatu, misalnya tradisi Makan Bajamba di Minangkabau yang menyimbolkan kesetaraan dan kebersamaan atau tradisi Tok Panjang di Semarang yang baru-baru ini menjadi simbolis pembukaan perayaan Imlek di Semarang.
Tok Panjang sendiri berasal dari kata ‘Tok’ yang artinya meja. Seperti arti sebenarnya, Tok Panjang merupakan tradisi makan di meja panjang yang diikuti oleh banyak orang untuk memeriahkan Imlek, baik etnis Tionghoa maupun etnis Jawa, Arab dan yang lainnya yang menjadi ciri khs dari keragaman Semarang.
Makna tradisi ini sendiri memang cukup romantis karena menjadi simbol kebersamaan dalam keberagaman Semarang. Tujuannya agar masyarakatnya saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
Semua orang dapat mengikuti helatan ini dan duduk di kursi yang telah disediakan di samping meja panjang.
Spesial, menu di atas meja pajang ini sangat menggugah karena selain menyajikan kuliner khas Tiongkok dengan cita rasa gurih asin di atas meja juga disajikan berbagai kuliner tradisional khas Semarang.
Menu yang disajikan berupa Yu Zheng (salad tahun baru China), Dimsum (Pao Taosa and Hakau Udang), nasi goreng jamblang, ayam goreng kebahagiaan, sop keberuntungan, dan kue pandan keju. Menu-menu yang dipilih sendiri mengandung filosofi tersendiri bagi etnis Peranakan.
Sebenarnya, tradisi makan di meja panjang bukan hanya ada dan dilakukan di Semarang, tapi di daerah lain juga ada. Bahkan di Singapura ada beberapa resto yang memiliki tema tradisi makan ini. Bukan hanya itu saja, di Malaysia bahkan ada Museum yang memamerkan tradisi ini.
Cukup berbeda dengan tradisi Tok Panjang di luar negeri, meja yang digunakan dalam kemeriahan perayaan Imlek di Pecinan Semarang ini jauh lebih panjang. Setidaknya, meja yang digunakan dalam perayaan Imlek di Semarang mencapai 200 meter.
Meja tersebut bertengger di sepanjang ruas Jalan Wotgandul Timur hingga Jalan Gang Pinggir, Pecinan Semarang.