Seorang travel-mate akan membuat perjalanan saya semakin berwarna. Selain tempat tujuan, perlengkapan, travel-mate menjadi penyempurna perjalanan. Namun, untuk mendapat partner sejati sangat susah.
Travel-mate yang diharapkan itu :
Salah satu keuntungan bepergian bersama travel-mate dalam perjalanan adalah untuk menjadi tukang foto! Terdengar kejam, tapi inilah faktanya. Saya tidak perlu repot-repot memakai tongsis, tripot, atau menyuruh orang sekitar untuk memotret kita.
Untuk itu, saran saya bawalah teman yang setidaknya sedikit tahu tentang cara memotret. Minimal dia tahu di mana kita harus foto untuk mendapatkan gambar yang bagus. Tidak asal jepret dan pulang membawa gambar absurd.
Tentu ini pun berlaku sebaliknya, saya harus rela menjadi tukang fotonya, simbiosis mutualisme.
‘Aku capek, istirahat dulu yuk cari minum sambil nongkrong cantik.’
‘Ayolah, kita kan baru jalan sebentar, nanggung. Masih banyak tempat yang perlu kita kunjungi. Ayo jalan lagi.’
‘Ah, istirahat dulu kenapa.’
Membawa teman yang manja dan ribet itu membuat perjalanan benar-benar menguji batas kesabaran. Padahal saat itu saya dan teman-teman yang lain sedang sangat bersemangat untuk berkeliling mengitari Kawasan Sangeh di Bali. Jam bermain di tempat ini tidak lama. Paket tur hanya memberikan waktu kurang lebih 1 jam. Alhasil, kami saling berdebat marah. Perjalanan saya pun berubah menjadi tidak menyenangkan.
Tim kami pecah menjadi 2 rombongan. Rombongan pertama, mereka yang memilih pergi dan rombongan kedua yang memilih untuk tinggal beristirahat sebentar.
Saat bersama mereka, saya menjadi tidak terlalu peduli dengan tempat. Taman Pabrik Gula di Klaten yang sebenarnya tak terlalu istimewa menjadi tempat yang jauh lebih menyenangkan karena kehadiran travel-mate tipe ini. Ada taman kecil dengan rumput hijau yang cocok untuk duduk sejenak melepas lelah. Atau berfoto dengan latar kereta tua yang nampak sangat antik . Tapi nyatanya, kami bisa berlama-lama di sini, hanya untuk menikmati permainan kartu. Puas bermain kartu, kami memilih permainan lain, bermain tebak-tebakan. Permainan-permainan biasa, tapi entah kenapa permainan-permainan itu terasa sangat menarik dengan kehebohan teman perjalanan tipe ini.
Bepergian dengan orang-orang tipe ini, perjalanan terasa tenang dan seolah semua mengalir lancar.
Ketika saya merasa kehilangan harapan -bahkan hampir menangis, saat nyaris gagal pulang kampung long weekend itu karena hampir sebagian travel agen sudah penuh, teman perjalanan pulang kampung saya tak ikut panik. Dengan tenang dan cekatan dia hubungi kenalan-kenalannya yang memiliki arah pulang searah -saya pun kagum dengan luasnya jaringan pertemanan yang dia punya, mencari kemungkinan ada yang pulang dengan mobil pribadi. Beberapa kali menelpon masih belum berhasil mendapat tumpangan, saya makin panik.
‘Kalau nggak dapat tumpangan gimana dong, udah lama banget nggak pulang ke rumah nih?‘ Mata saya mulai memerah.
‘Apa boleh buat, tunggu liburan berikutnya.‘ Dengan tenang teman saya kembali menelpon nomor lain.
Dia menjauh dari kamar agar bisa mengbrol dengan tenang. Tak berapa lama dia kembali dan tersenyum lebar sembari mengacungkan jempol.
‘Misi pencarian tumpangan sukses. Ayo siap-siap, temanku datang 1 jam lagi.’
Teman yang membuat hati dan perasaan tenang ini menjadi travel -mate paling favorit!
Satu tim harusnya menjadi kelompok yang kompak. Tapi apa jadinya ketika saya dan teman-teman mempermasalahkan tempat makan –dan ini sangat sering terjadi. Seorang ingin makan di tempat makan dengan budget yang cukup tinggi karena tempat tersebut sangat populer sehingga ia merasa wajib mengunjungi tempat tersebut, seorang yang lain lebih memilih makan di warung biasa karena yang paling penting menurutnya adalah kebersamaan, dan juga di warung biasa bisa menghemat anggaran perjalanan.
Susah memang kalau dalam perjalanan tidak memiliki visi dan misi yang sama, tentang penggunaan anggaran, karena itu memilih travel-mate yang memiliki visi sama tentang anggaran cukup penting.