Tan Ek Tjoan merupakan salah satu merek roti tertua di Indonesia yang berbasis di daerah Surya Kencana, Kota Bogor, Jawa Barat. Didirikan oleh seorang Tionghoa bernama Tan Ek Tjoan pada tahun 1921. Sebenarnya sosok dibalik dapur merek roti ini adalah sang istri, sementara Tan yang pandai berbisnis berperan sebagai marketing. Sejak saat itu, bisnis Tan Ek Tjoan berkembang pesat dan menjelma menjadi roti legendaris.
Merek roti Tan Ek Tjoan telah menginjak usia 99 tahun pada 2020, hampir satu abad. Kedai rotinya dapat dijumpai di dua tempat, yaitu Kota Bogor dan Cikini. Ketika Tan meninggal di tahun 1950-an, bisnis roti ini dikelola oleh sang istri, Phao Lin. Sepeninggal Phao Lin pada 1958 kemudian diteruskan oleh kedua anaknya, Tan Bok Nio dan Tan Kim Thay, masing- masing mengelola kedai roti di Kota Bogor dan Jakarta.
Ciri khas roti Tan Ek Tjoan yang paling diminati adalah roti yang bertekstur keras. Meskipun tergolong kuliner legendaris di Indonesia, namun harga roti Tan Ek Tjoan terbilang sangat murah. Roti ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp 3.500 sampai dengan Rp. 55.000. Bagi anda yang berada di luar dua kota tersebut tak perlu khawatir, kini roti Tan Ek Tjoan juga dapat dibeli di marketplace Tokopedia dengan nama Tan Ek Tjoan Bakery.
Kepopuleran Tan Ek Tjoan bahkan sampai di kalangan istana kepresidenan Indonesia. Bung Hatta disebut sangat menggemari merek roti ini. Dalam Kesaksian Tentang Bung Karno, ketika perjalanan dari Jakarta menuju Megamendung, Bung Hatta berhenti di depan kedai roti Tan Ek Tjoan dan menyuruh salah seorang pengawal Bung Karno yang bernama Sardi untuk membelikannya sepotong roti. Bung Hatta pun langsung melahapnya.
Horst Henry Geerken, ekspatriat Jerman yang sempat tinggal di Indonesia selama 18 tahun pada 1953 juga mengaku sangat menyukai roti Tan Ek Tjoan. Keluarga Geerken begitu menggemari roti ini karena menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi. Geerken yang tinggal di Jakarta rupanya tidak tahu bahwa di tahun tersebut kedai roti Tan Ek Tjoan sudah buka cabang di Cikini, sehingga ia harus jauh-jauh ke Bogor untuk membelinya.